Rabu, 25 Juni 2014

Bab 5 - Keadaan Keisha


Pertanyaan Rika :
Apa Keisha akan baik-baik saja?

Maya : Tenang saja, Rika. Dia pasti tidak akan apa-apa…
Rika : Baiklah kalau begitu, Maya.

Maria : Tentu saja dia akan baik-baik saja-nyan.
Rika : Y-ya, kalu bilang seperti itu…

Reni : Memang apa yang terjadi dengannya?
Rika : Re-reni, kenapa kamu malah balik bertanya?!


Tak lama setelah mengantar Keisha, aku keluar dari ruang UKS bersama Chyntia. Diluar sudah menunggu beberapa orang; ada Maria, Marina, Maya, Rika dan bahkan Mira. Kenapa Mereka disini, bukanya ini sudah hampir pergantian jam pelajaran selanjutnya?
"Bagaimana keadaannya?"
Yang bertanya pertama itu adalah Mira. Dia bertanya dengan dingin.
"Ah... Dia hanya kelelahan saja. Setelah bangun nanti mungkin dia akan membaik." Kataku sambil tersenyum. Apa yang kulakukan? Bahkan aku sendiri merasa jijik dengan diriku yang saat ini tersenyum.
"Syukurlah..."
Yang berkata seperti itu adalah Rika, Dia berkata sambil menggenggan tangan di dadanya. Sedangkan Mira sendiri, hanya melenggang pergi tanpa mengatakan apapun. Ada apa denganya? Bukanya tadi dia sendiri yang mengkhawatirkan Keisha…
"Hey, apakah Keisha sudah bangun? Aku membawakan coklat untuknya."
"Sayangnya belum, dia masih tertidur."
Marina dan Chyntia sedang mengobrol di sampingku. Hingga…..
Crak…!
      Sebuah cahaya kilat menerangi mataku. Apa itu? Saat aku sudah dapat melihat dengan jelas, aku melihat seorang gadis dengan postur tinggi langsing sedang mengambil gambarku dengan sebuah kamera DSLR berlensa besar. Siapa orang ini?
"Reni! Apa yang kamu lakukan disini?"
Yang bertanya adalah Maria. Aku ingat! Dia adalah salah satu teman satu kelasku, dia adalah orang yang selalu bersama dengan Maya.
"Oh, itu... Tadi aku tidak sengaja melihat Si Madesu ini sedang menggendong Keisha sambil berlari, jadi aku mengikutinya sampai sini."
Reni berkata dengan tenang.
"Tapi, kenapa Kau tadi mengambil gambarku?"
Aku bertanya karena penasaran.
"Untuk bahan artikel-ku."
"Artikel?"
"Ya, Artikel. Aku kan Wartawan koran sekolah."
Oh, Wartawan Koran sekolah, aku tidak pernah tahu kalau disekolahku ini menerbitkan koran sekolah. Lagi pula kenapa juga aku harus peduli dengan hal seperti itu?
"Oh... Begitu, terus apa yang akan kau tulis tentangku?"
Dia berdehem sejenak, lalu kemudian mulai berkata dengan santai.
"Aku akan menulis sebuah artikel yang berjudul, ‘Seorang Putri Tidur yang diculik oleh Seorang Rakyat Jelata.’."
“Eh~ Apa itu?”
Butuh waktu beberapa detik untukku mencerna kata-katanya tadi. Dengan kata lain, dia akan menuliskan artikel yang akan membuat namaku semakin memburuk, benar ‘kan?
"Itu Buruk! Sangat buruk!" Aku berkata jujur. –Tentu saja karena judul artikelnya itu benar-benar tidak bermutu sama sekali.
"Eh... Masa?! Kalau begitu aku ganti saja dengan ‘Seorang Putri Tidur yang diculik lalu dinodai oleh seorang Rakyat Jelata yang mesum.’ bagaimana?"
"Itu lebik buruk! Kau hanya menambah kan kata-kata yang aneh saja, itu sama sekali tidak ada bedanya dari yang tadi."
"Kalau begitu, Bagaimana dengan ‘Seorang Putri tidur yang diculik lalu dinodai setelah itu dimutilasi dan mayatnya dibuang ke sungai.’?"
"ITU LEBIH MENYERAMKAN!"
<skip>
"Kalian…. Berhentilah bercanda disaat seperti ini!"
Maya memarahi kami.
""Maaf.""
Kami meminta maaf pada Maya dan lainya. Maya kembali menatap kearah Chyntia yang sedang murung.
"Chyntia ada apa?"
"Ti-tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku bingung…." 
"Bingung?"
"Haa…" Chyntia menghela nafas. "Ya, aku bingung nanti sepulang sekolah aku tidak bisa mengantarnya pulang karena aku ada keperluan dengan klub basket."
Ngomong-ngomong Chyntia adalah anggota klub basket yang terkenal disekolah kami. Kenapa juga aku harus repot-repot menjelaskan seperti itu?
"Kalau soal Keisha serahkan saja padaku. Aku tahu rumahnya, kok…"
Ucap Maya menghibur Chyntia yang merasa bersalah.
"B-benarkah Maya?! Terima kasih..."
"Ya, sama-sama."
Aku baru tahu, ternyata dibalik sifat arogannya yang mengesalkan, Dia memiliki perasaan juga dan mungkin dia yang paling normal kupikir. Tapi…
"--Sebelum itu… Marina, coklat itu boleh aku pinta?"
Aku tarik kata-kataku tadi!
~*~*~
Sore sepulang sekolah, Keisha diantar pulang oleh Maya menggunakan mobil pribadinya. Keisha masih sedikit lemah hingga Maya dan Reni harus menuntunya. Sebenarnya aku juga kasihan melihat Keisha seperti itu, rasanya aku juga ingin mengantarnya pulang. Mungkin saja, Kalau aku tidak malas.
"Masih belum pulang?"
Yang bertanya tadi adalah Ria. Seperti biasa dia terlihat sangat manis.
"Y-ya." 
"Yoga, Kamu sedang lihat apa dari jendela itu?"
Wajar saja dia berkata seperti itu, karena aku menatap keluar jendela dengan serius.
"Tidak, aku hanya melihat-lihat saja. Kau sendiri, apa yang Kau lakukan disini?"
Dia tersenyum lalu mendekat kearah jendela dan posisinya kini tepat di sebelahku.
"Barangku ada yang tertinggal, jadi aku terpaksa harus kembali kekelas."
"Oh, begitu rupanya."
“Ah, itu Keisha! Syukurlah Maya mau mengantarkannya….”
Dia sedang memandangi Keisha yang dan yang lainnya sama sepertiku, sedangkan aku sekarang sedang memandanginya yang sedang tersenyum. Bias matahari yang berwarna oranye menyinari wajahnya yang membuat senyumanya lebih indah. Dia benar-benar seperti Malaikat yang C-ute!
“Yoga, kamu baik-baik saja?!”
Ah, sudahlah….
<skip>
"Hey, Ria…."
"Hmmm…" Ria berdehem.
"Kelasmu dulu bersebelahan dengan kelas Keisha, ‘kan?"
Dia menaatapku sejenak.
"Ya, memang kenapa?"
"Aku hanya ingin memastikan saja,” Ya, hanya memastikan saja, “apa dari dulu dia selalu bersikap seperti itu?"
"'Seperti itu', maksudmu bagaimana?"
"Maksudku, apa dari dulu dia selalu terlihat mengantuk?"
Dia berpikir sejenak, lalu kemudian menjawab pertanyaanku.
"Sepertinya seperti itu…. Karena aku sering mendengar dari anak laki-laki dikelasku, katanya ada seorang gadis dari kelas sebelah yang cantik tapi selalu tertidur dikelas." Dia kembali memandang kearah Maya dan Reni yang sedang memegangi Keisha agar tidak terjatuh di dekat gerbang sekolah. "–dan mulai saat itu ia sering disebut 'Putri Tidur' oleh teman-teman sekelasnya dan juga murid dari kelas lain."
"Oh, seperti itu…… Aku sama sekali tak tahu kalau ada rumor seperti itu."
"Eh….. Kamu benar-benar ketinggalan jaman, semua orang sudah tahu lho tentang rumor itu!"
"Benarkah?!" Pura-pura terkejut. Lagi pula, buat apa aku harus repot-repot terkejut, toh aku tidak peduli dengan apapun yang berhubungan dengan sekolah.
"Heeh…. Yoga, Yoga……" Dia seperti mengejeku, tapi dengan cara yang manis dan tidak membuat sakit hati. Memang seperti itulah harusnya Ria-ku…
Tapi…
"Aku jadi ingin tahu, kenapa dia bisa seperti itu?" Kataku tenang
"Ya, aku juga……" Ria setuju dengan perkataanku tadi.
Sekarang kami berdua sedang memandangi dengan seksama adegan saat Keisha menaiki mobil sedan milik Maya dibantu oleh Reni. Kami berdua hanya bisa menyaksikan adegan itu tanpa berbicara sepatah kata pun, mungkin karena sudah tidak ada yang harus dibicarakan, jadi kami hanya terus memandang kearah mobil Maya yang bersiap untuk melaju. Tak butuh waktu lama, mobil itu pun melaju menjauh dari gerbang sekolah dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat dan terlihat hati-hati dalam menjalankanya.
"Ah... Yoga, maaf! Aku harus segera pulang kerumah…. Jadi sampai nanti!" Tiba-tiba Ria berkata.
"Y-ya, baiklah."
Setelah itu, dia lalu pergi meninggalkanku sendiri dilorong sekolah.  
Hari ini aku mendapat sedikit catatan yang penting, karena selama aku berada dikelas terkutuk itu, baru kali ini aku mengobrol serius berdua dengan seorang gadis seperti tadi. Apa mungkin inilah titik balik hidupku? Ah, aku berharap ini hanya kebetulan saja…. Karena aku masih bahagia dengan hidupku yang ‘Madesu’ ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar