Pertanyaan Rika :
Apa Keisha akan
baik-baik saja?
Maya : Tenang saja,
Rika. Dia pasti tidak akan apa-apa…
Rika : Baiklah kalau
begitu, Maya.
Maria : Tentu saja dia
akan baik-baik saja-nyan.
Rika : Y-ya, kalu
bilang seperti itu…
Reni : Memang apa yang
terjadi dengannya?
Rika : Re-reni, kenapa
kamu malah balik bertanya?!
Tak lama setelah mengantar Keisha, aku keluar dari ruang UKS
bersama Chyntia. Diluar sudah menunggu beberapa orang; ada Maria, Marina, Maya,
Rika dan bahkan Mira. Kenapa Mereka disini, bukanya ini sudah hampir pergantian
jam pelajaran selanjutnya?
"Bagaimana keadaannya?"
Yang bertanya pertama itu adalah Mira. Dia
bertanya dengan dingin.
"Ah... Dia hanya kelelahan saja. Setelah
bangun nanti mungkin dia akan membaik." Kataku sambil tersenyum. Apa yang
kulakukan? Bahkan aku sendiri merasa jijik dengan diriku yang saat ini
tersenyum.
"Syukurlah..."
Yang berkata seperti itu adalah Rika, Dia
berkata sambil menggenggan tangan di dadanya. Sedangkan Mira sendiri, hanya
melenggang pergi tanpa mengatakan apapun. Ada
apa denganya? Bukanya tadi dia sendiri yang mengkhawatirkan Keisha…
"Hey, apakah Keisha sudah bangun? Aku
membawakan coklat untuknya."
"Sayangnya belum, dia masih
tertidur."
Crak…!
Sebuah cahaya kilat menerangi mataku. Apa itu?
Saat aku sudah dapat melihat dengan jelas, aku melihat seorang gadis dengan postur tinggi langsing sedang mengambil gambarku
dengan sebuah kamera DSLR berlensa
besar. Siapa orang ini?
"Reni! Apa yang kamu lakukan disini?"
Yang bertanya adalah Maria. Aku ingat! Dia
adalah salah satu teman satu kelasku, dia adalah orang yang selalu bersama
dengan Maya.
"Oh, itu... Tadi aku tidak sengaja melihat
Si Madesu ini sedang menggendong Keisha sambil berlari, jadi aku
mengikutinya sampai sini."
Reni berkata dengan tenang.
"Tapi, kenapa Kau tadi mengambil
gambarku?"
Aku bertanya karena penasaran.
"Untuk bahan artikel-ku."
"Artikel?"
"Ya, Artikel. Aku kan Wartawan koran sekolah."
Oh, Wartawan Koran sekolah, aku tidak pernah
tahu kalau disekolahku ini menerbitkan koran sekolah. Lagi pula kenapa juga aku
harus peduli dengan hal seperti itu?
"Oh... Begitu, terus apa yang akan kau
tulis tentangku?"
Dia berdehem sejenak, lalu kemudian mulai
berkata dengan santai.
"Aku akan menulis sebuah artikel yang
berjudul, ‘Seorang Putri Tidur yang diculik oleh Seorang Rakyat Jelata.’."
“Eh~ Apa itu?”
Butuh waktu beberapa detik untukku mencerna
kata-katanya tadi. Dengan kata lain, dia akan menuliskan artikel yang akan
membuat namaku semakin memburuk, benar ‘kan ?
"Itu Buruk! Sangat buruk!" Aku
berkata jujur. –Tentu saja karena judul artikelnya itu benar-benar tidak
bermutu sama sekali.
"Eh... Masa?! Kalau begitu aku ganti saja
dengan ‘Seorang Putri Tidur yang diculik lalu dinodai oleh seorang Rakyat
Jelata yang mesum.’ bagaimana?"
"Itu lebik buruk! Kau hanya menambah kan kata-kata yang aneh
saja, itu sama sekali tidak ada bedanya dari yang tadi."
"Kalau begitu, Bagaimana dengan ‘Seorang
Putri tidur yang diculik lalu dinodai setelah itu dimutilasi dan mayatnya dibuang
ke sungai.’?"
"ITU LEBIH MENYERAMKAN!"
<skip>
"Kalian…. Berhentilah bercanda disaat
seperti ini!"
Maya memarahi kami.
""Maaf.""
Kami meminta maaf pada Maya dan lainya. Maya
kembali menatap kearah Chyntia yang sedang murung.
"Chyntia ada apa?"
"Ti-tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku
bingung…."
"Bingung?"
"Haa…" Chyntia menghela nafas. "Ya, aku bingung
nanti sepulang sekolah aku tidak bisa mengantarnya pulang karena aku ada
keperluan dengan klub basket."
Ngomong-ngomong Chyntia adalah anggota klub
basket yang terkenal disekolah kami. Kenapa juga aku harus repot-repot
menjelaskan seperti itu?
"Kalau soal Keisha serahkan saja padaku.
Aku tahu rumahnya, kok…"
Ucap Maya menghibur Chyntia yang merasa
bersalah.
"B-benarkah Maya?! Terima kasih..."
"Ya, sama-sama."
Aku baru tahu, ternyata dibalik sifat arogannya
yang mengesalkan, Dia memiliki perasaan juga dan mungkin dia yang paling normal
kupikir. Tapi…
"--Sebelum itu… Marina , coklat itu boleh aku pinta?"
Aku tarik kata-kataku tadi!
~*~*~
Sore sepulang sekolah, Keisha diantar pulang
oleh Maya menggunakan mobil pribadinya. Keisha masih sedikit lemah hingga Maya
dan Reni harus menuntunya. Sebenarnya aku juga kasihan melihat Keisha seperti
itu, rasanya aku juga ingin mengantarnya pulang. Mungkin saja, Kalau aku tidak
malas.
"Masih belum pulang?"
Yang bertanya tadi adalah Ria. Seperti biasa
dia terlihat sangat manis.
"Y-ya."
"Yoga, Kamu sedang lihat apa dari jendela
itu?"
Wajar saja dia berkata seperti itu, karena aku
menatap keluar jendela dengan serius.
"Tidak, aku hanya melihat-lihat saja. Kau
sendiri, apa yang Kau lakukan disini?"
Dia tersenyum lalu mendekat kearah jendela dan
posisinya kini tepat di sebelahku.
"Barangku ada yang tertinggal, jadi aku
terpaksa harus kembali kekelas."
"Oh, begitu rupanya."
“Ah, itu Keisha! Syukurlah Maya mau
mengantarkannya….”
Dia sedang memandangi Keisha yang dan yang
lainnya sama sepertiku, sedangkan aku sekarang sedang memandanginya yang sedang
tersenyum. Bias matahari yang berwarna oranye menyinari wajahnya yang membuat
senyumanya lebih indah. Dia benar-benar
seperti Malaikat yang C-ute!
“Yoga, kamu baik-baik saja?!”
Ah, sudahlah….
<skip>
"Hey, Ria…."
"Hmmm…" Ria berdehem.
"Kelasmu dulu bersebelahan dengan kelas Keisha,
‘kan ?"
Dia menaatapku sejenak.
"Ya, memang kenapa?"
"Aku hanya ingin memastikan saja,” Ya, hanya
memastikan saja, “apa dari dulu dia selalu bersikap seperti itu?"
"'Seperti itu', maksudmu bagaimana?"
"Maksudku, apa dari dulu dia selalu terlihat
mengantuk?"
Dia berpikir sejenak, lalu kemudian menjawab
pertanyaanku.
"Sepertinya seperti itu…. Karena aku sering
mendengar dari anak laki-laki dikelasku, katanya ada seorang gadis dari kelas
sebelah yang cantik tapi selalu tertidur dikelas." Dia kembali memandang kearah
Maya dan Reni yang sedang memegangi Keisha agar tidak terjatuh di dekat gerbang
sekolah. "–dan mulai saat itu ia sering disebut 'Putri Tidur' oleh teman-teman
sekelasnya dan juga murid dari kelas lain."
"Oh, seperti itu…… Aku sama sekali tak tahu
kalau ada rumor seperti itu."
"Eh….. Kamu benar-benar ketinggalan jaman,
semua orang sudah tahu lho tentang rumor itu!"
"Benarkah?!" Pura-pura terkejut. Lagi pula,
buat apa aku harus repot-repot terkejut, toh aku tidak peduli dengan apapun
yang berhubungan dengan sekolah.
"Heeh…. Yoga, Yoga……" Dia seperti mengejeku,
tapi dengan cara yang manis dan tidak membuat sakit hati. Memang seperti itulah
harusnya Ria-ku…
Tapi…
"Aku jadi ingin tahu, kenapa dia bisa seperti
itu?" Kataku tenang
"Ya, aku juga……" Ria setuju dengan perkataanku
tadi.
Sekarang kami berdua sedang memandangi dengan
seksama adegan saat Keisha menaiki mobil sedan milik Maya dibantu oleh Reni. Kami
berdua hanya bisa menyaksikan adegan itu tanpa berbicara sepatah kata pun,
mungkin karena sudah tidak ada yang harus dibicarakan, jadi kami hanya terus
memandang kearah mobil Maya yang bersiap untuk melaju. Tak butuh waktu lama,
mobil itu pun melaju menjauh dari gerbang sekolah dengan kecepatan yang tidak
terlalu cepat dan terlihat hati-hati dalam menjalankanya.
"Ah... Yoga, maaf! Aku harus segera pulang
kerumah…. Jadi sampai nanti!" Tiba-tiba Ria berkata.
"Y-ya, baiklah."
Setelah itu, dia lalu pergi meninggalkanku
sendiri dilorong sekolah.
Hari ini aku mendapat sedikit catatan yang
penting, karena selama aku berada dikelas terkutuk itu, baru kali ini aku
mengobrol serius berdua dengan seorang gadis seperti tadi. Apa mungkin inilah
titik balik hidupku? Ah, aku berharap ini hanya kebetulan saja…. Karena aku
masih bahagia dengan hidupku yang ‘Madesu’ ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar