Minggu, 22 Juni 2014

Bab 4 - Pemilihan Ketua Kelas 2-D


Pertanyaan Maria :
Apa aku harus mengikuti pemilihan ketua kelas atau tidak-nyan?

Ria       : Itu bagus sekali Maria, lanjutkan!
Maria   : Baiklah kalau begitu, Ria-chu!

Gina    : Wah, mimpi yang bagus, Maria. Andai saja aku punya mimpi sebagus itu.
Maria   : Ginachin, Kau berkata seperti itu seakan kau itu tidak punya mimpi-nyan.

Maya   : Mungkin kau harus sedikit lebih tinggi dulu adik kecil.
Maria   : Sejak kapan Kamu jadi Kakakku-nyang!?

Sudah beberapa hari setelah Gina kembali kesekolah , kini sudah tidak ada lagi rumor aneh tentangku. Keadaan sudah kembali normal seperti semula. Saat ini aku sedang bersama Marina dan Gina memandangi kotak makan Marina. Sebenarnya aku malas juga melihat kotak makanan itu, tapi karena bau dari kotak makanan itu sepertinya enak, jadi aku ikut juga.
"Waah... Mama, sepertinya bekalmu ini sangat enak!"
Yang berkata seperti itu adalah Gina, dia tampak bersemangat melihat kotak bekal milik Marina.
"Benarkah...padahal isinya hanya telur goreng dan ayam goreng saja." Kata Marina.
"Walaupun begitu, bekalmu ini terlihat sangat enak. Siapa yang membuatnya?"
Tanyaku.
"Kebetulan kalau ini, aku sendiri yang membuatnya."
"Ah... Yang benar! Hey, Mama, boleh aku mencicipinya?"
Kata-kata Gina tadi memang terdengar tidak sopan, tapi Marina mengiyakanya.
"Boleh, nih aa..."
Dia menyodorkan sesendok nasi disertai potongan telur dan daging kemulut Gina. Gina dengan antusias melahapnya dan mengunyahnya perlahan. Sejenak ia merasakan makanan itu didalam mulutnya, tapi beberapa saat kemudian.
"Ahh... Mama, ini benar-benar enak!" Sambil mengeluarkan pose yang sangat manis. Ya, memang dia terlihat manis dalam baju seragam perempuan seperti itu. Apalagi saat kutahu ternyata rambutnya panjang, aku makin takjub melihatnya. Tapi walaupun begitu dia juga mempunyai kekurangan, kekurangan itu adalah……

"Hey, Yoga! Kau harus mencobanya juga! Ini Aaa....."
Dia mencoba menyuapiku! Aku mencoba menghindar karena akan sangat memalukan kalau aku disuapi gadis ini didalam kelas.
"Maaf, tidak usah! Aku masih kenyang."
"Tidak apa-apa. Kamu kan harus banyak makan biar tidak sakit!"
Itulah sisi buruknya, dia terlalu kekanak-kanakan untuk gadis seusianya. Dan yang lebih parah, DIA SELALU MEMANJAKANKU!
Bukannya aku tak mau dimanjakan oleh seorang gadis, hanya saja kalau sikapnya seperti ini terus, aku juga pasti merasa tak enak. Ngomong-ngomong, setelah insiden ditaman waktu itu, dia menjadi terus lengket denganku dan mulai memperlakukanku seperti kekasihnya. Saat kutanya dia mengapa, dia hanya menjawab dengan tenang, “karena kamu teman laki-lakiku”. Aku juga tak mengerti, tapi kalau seperti ini terus, aku akan kehilangan waktu-waktu berhagaku untuk bersantai.
"Heuh! Kalian benar-benar terlihat menjijikan."
Yang berkata seperti itu tiba-tiba adalah Maya. Dia pantas berkata seperti itu karena dia memang anak seorang pengusaha terkenal. Tunggu, sejak kapan dia memperhatikan kami?
"Kenapa kalian memakan makanan seperti itu? Menjijikan!"
Ah... Kalau itu benar-benar kasar! Tapi bukan urusanku juga sih, dia mau berkata seperti apapun. Tapi aku berpikir, bagaimana perasaan Marina saat ini yaa…
DIA TERSENYUM!!!
<skip>
"Maya, Kamu mau mencoba ini? Coba saja! Enak, kok."
Gina mendekati Maya sambil membawa sesendok nasi yang tadi akan diberikan padaku.
“A-apa yang akan Kau lakukan?”
“Ayo makan ini…! Enak, kok!”
“Tidak, aku tidak mau memakan makanan menjijikaa—hmmp!!”
Dia berhasil memasukan makanan itu kemulut Maya!
Maya lalu terlihat berlutut dilantai sambil menundukan wajahnya setelah Gina berhasil menyuapinya. Dia terlihat sangat tertekan sampai-sampai tertunduk dilantai seperti itu. tapi, aku baru melihat ekspresinya seperti ini. ternyata dia bisa juga bertingkah aneh.
Gina yang keheranan lalu bertanya padaku.
"Yoga Dia kenapa?"
"Aku juga tak tahu. Mungkin kau terlalu memaksanya." Jawaban singkat dariku.
Gina yang merasa bersalah, perlahan mendekat kearah Maya dan lalu berkata dengan nada sedih.
"Eh.... Maaf, maaf, Maya aku tidak senga—Eh?!"
Tapi tiba-tiba Maya mengadahkan kepalanya dan terlihat banyak bintang dimatanya.
“Kenapa dia?!”
Dengan cepat Maya mengambil sendok yang ada ditangan Gina dan berlari kearah meja Marina. Tunggu, apa yang mau gadis itu lakukan...?
"Menjauh dariku madesu!"
Bruaaak!!
"DIA MENEDORONGKU.....!!!"
<skip>
"Marina, boleh aku mencicipi sedikit bekalmu ini?"
Dia memohon setelah  Tidak mungkin gadis yang terlihat sombong ini memohaon dengan manis seperti itu?!!
"Y-ya, boleh saja, ta-tapi, aku juga belum memakanya dari tadi."
"Uh....."
Dia tertunduk lesu dengan bola mata coklatnya yang bercahaya kelap-kelip sangat indah seperti bintang-bintang dilangit malam! Ah.... Tidak, wajahnya sangat imut! Rasanya aku ingin mati saja!
“Madesu, kenapa wajahmu tersipu seperti itu?!”
<skip>
"Ba-baiklah, tapi jangan banyak-banyak, ya!"
"Baik!"
Marina memperbolehkan Maya untuk menyantap makan siangnya karena merasa tergerak dengan wajah imut Maya tadi. aku juga merasakan hal yang sama, seperti melihat seorang putri cantik yang memohon bantuanku. Aku jadi merasa tak tega juga...
Walaupun kadang Maya yang kukenal itu selalu bersikap arogan, Aku tidak menyangka bahwa dia memiliki sikap kekanakan seperti tadi. Dan sikap kekanakannya tadi sangat imut! Ah.... Aku ingin memeluknya!
"Hey, Madesu! Hentikan pandangan mesum-mu Padaku!"
“Eh?!”
Dia berkata dengan nada mengintimidasi padaku yang berdiri 1,5m jauhnya. Tungg...memang siapa yang memandanginya dengan tatapan mesum? aku yang tidak terima langsung bertanya.
“Tunggu, siapa juga yang memandang mesum padamu!?”
Dia tidak berkata apapun, hanya saja dari matanya aku dapat melihat kalau dia sedang menunjuk kearahku dengaan cara yang kasar. Ternyata dia memang menunjukku...
“Ternyata begitu…, baiklah a-aku minta maaf.”
"Heh….Kalau kau ingin mendapatkan maaf dariku, maka kau harus mau ku injak!"
"Ogah! Aku tidak mau melakukan hal bodoh seperti itu!"
"Cih... Dasar Rakyat Jelata! Hey, Marina! Apa aku boleh mencobanya lagi?"
"Jangan seenaknya memanggil namaku seperti itu!" aku mencoba memarahinya karena memanggilku dengan sebutan ‘Rakyat Jelata’ yang berarti aku terlihat lebih rendah darinya, tapi…
“Mama, kenapa bisa enak seperti ini? Apa ada bumbu rahasia didalamnya?”
“Ah… itu rahasia perusahaan….”
Dia mengabaikanku.
<skip>
Braaak!!!
Tak lama kemudian, aku mendengar pintu Kelas dibuka keras. Sesosok mengenakan syal hijau berlari menuju arah meja guru. Itu Mela, dia tampak terengah, tapi wajahnya tampak bergembira.
"Teman.. He.. Teman.... Aku ada kabar gembira..."
"Kabar gembira?"
Saat aku bertanya seperti itu, dari arah pintu masuklah Chyntia dan Keisha.
"Ya, benar Alien! Minggu depan akan diadakan pemilihan ketua kelas!"
Ya, benar juga…. Tahun pelajaran baru sudah berlangsung beberapa minggu, tapi kita tidak memiliki seorang ketua kelas. Tapi kenapa dia sangat senang?
“Jadi karena pemilihan kali ini berdasarkan pada pemungutan suara…. Aku, Melani Septiani Imani, memohon pada kalian… Tolong pilihlah aku!” Sambil membungkuk.
Jadi itu alasannya…. Maafkan aku Mela, tapi aku merasa pesimis kalau kau akan menang kali ini. Tapi dari sebelahku, Maya tiba-tiba berdiri dan menyilangkan tangannya.
"Haa... kenapa Kau begitu tertarik seperti itu, memang akan ada yang memilihmu. Heh… aku khawatir kau hanya akan mendapat malu saja!"
Yang berkata kasar tadi adalah Maya. Dia memang seperti itu, jadi biarkan saja…..
"Heh, lihat saja pasti kali ini aku akan menang!" Sambil berjalan ke depan kelas.
"Oh, jadi memang benar kau ingin menyalonkan diri menjadi ketua kelas!" Dengan pandangan mengintimidasi. Oi, kau terlalu menyeramkan, Maya….
"Y-ya, tentu saja..." Mela meyakinkan Maya dengan sedikit tergagap karena terganggu dengan tatapan Maya yang mengintimidasi.
Braak..!
Seseorang tiba-tiba membuka pintu dengan keras lagi. Kenapa mereka selalu membuat orang lain terkejut seperti itu…!?
"Hey, Teman-teman! Aku punya berita baik-nyan!"
Yang heboh membuka pintu dengan keras itu adalah Maria. Entah kenapa aku sudah tahu apa yang akan ia sampaikan dan berkata dengan tenang.
"Pasti tentang Pemilihan Ketua kelas, ‘kan?"
Dia pun tampak terkejut dengan pertanyaanku tadi. ternyata benar, dia pasti akan mengutarakan hal yang sama seperti Mela.
"Kenapa kau bisa tahu-nyan?!" Dia mulai kembali bicara walau masih dengan keadaan terkejut.
"Tadi Mela sudah memberitahukan-nya pada kami."
"Heh... Melaa!!!"
Dia tampak marah pada Mela, tapi Mela tampak biasa saja menanggapinya.
"Rupanya kau juga akan menyalonkan diri juga, Pendek?"
Maya bertanya, tentu saja dengan kata-katanya yang kasar.
"Ya, tentu-nyan! Ah... Jangan-jangan kau juga ingin menyalonkan diri, Manyan~?"
Maya menajamkan matanya pada Maria dan menyilangkan tanganya didada.
"Jangan merubah namaku seperti itu, menjijikan! Lagi pula, mana mungkin aku mengikuti pemilihan seperti itu…”
“Jadi kau memang penakut ya, Maya. Kau sudah mengakui kekalahanmu sebelum mencoba. Heh, benar-benar lemah-nyan!”
Mereka berdua mungkin adalah gadis yang paling kejam yang pernah kutemui. Bagaimana tidak, mereka saaling megejek dengan senyum menyeringai seperti itu. Kalau bukan perempuan sadis, apa lagi sebutan yang cocok buat mereka, coba?
“Tidak juga… Sebenarnya aku mempunyai kandidat yang lebih baik darimu."
"Oh, ya?! Siapa itu?"
Maya menunjuk kearah Keisha yang sedang berdiri didekat pintu. Tunggu, Kenapa dia menunjuk Keisha? Keisha kan selalu terlihat mengantuk, bagaimana kalau nanti dia menjadi ketua kelas?
"Haa... Jadi kita bisa memilih siapa kandidat yang kita inginkan?"
Gina bertanya tiba-tiba pada Mela.
"Ya… Karena Pak Hendrik menyerahkan pemilihan Ketua Murid ini pada kita, jadi kita bisa bebas memilih kandidatnya."
Mela menjawab pertanyaan Gingin.
"Oh... Kalau begitu aku memilih Yoga."
"Eh.... Aku!!"
Aku terkejut mendengar kata-kata Gina. Kenapa harus Aku?! Aku-kan hanya anak Madesu yang tidak berguna… ya, ‘kan?
"Kalau begitu aku akan menuliskan para calon peserta pemilihan ketua kelas dipapan tulis."
Mela dengan cepat menuliskan nama kandidat calon ketua kelas di papan tulis. Oi, dia menuliskan namaku juga! Tidak, dia hanya menulis "ALIEN" bukan nama asliku.
“Mela, sudah kubilang namaku itu Yoga!!”
<skip>
"Yoga, Kamu tidak apa-apa tentang itu?"
Yang betanya adalah Ria dengan wajah khawatirnya yang membuat semua pria rela mati demi melihat ekspresi imutnya itu!
“Y-ya, tidak lah! Dia mengganti namaku begitu saja, mana mungkin aku tidak apa-apa!”
“Bukan itu maksudku! Maksudku, apa kamu tidak apa-apa dijadikan calon ketua kelas?” Marah… Bahkan saat marahpun ia masih terlihat imut…
Ya pasti tidak, 'tidak apa-apa'! Mana mungin aku mau menjadi Ketua Kelas, yang kutahu Ketua Kelas itu kerjaan-nya hanya memanggil guru saja, sama sekali tidak menyenangkan! 
"Ya, aku sih tidak apa-apa—" ucapkku bohong, "—hanya saja, bagaimana dengan dia?"
Aku menunjuk kearah Keisha yang terlihat sedikt lemas. Kalau aku bisa mendeskripsikan-nya, wajahnya itu terlihat pucat. Apa dia baik-baik saja? Dia seperti sedang tidak enak badan.
"Keisha, ya…. Aku dengar dulu dia itu pernah menjadi ketua kelas waktu SMP."
"Begitu, yah... –Eh, aku tidak menyangka dia bisa juga seperti itu, padahal dia kan selalu terlihat mengantuk seperti itu."
"Huussh…. Jangan gitu!” Dia tampak kesal padaku, “jangan menilai orang dari sampulnya saja, siapa tahu dia itu pemimpin yang hebat….."
"Ah…. Ya….. maaf…."
Sial, baru saja aku Dimarahi oleh Calon Istri mandiriku sendiri!
<skip>
Aku kembali memandang kearah Keisha, wajahnya lebih terlihat lemas sekarang. Oi, oi, apa dia benar-benar tak apa-apa?
Seperti dugaanku, bebera saat kemudian tubuhnya kehilangan keseimbangan. Chyntia yang berada didekatnya mencoba menahanya, tapi karena terlalu berat dia juga hampir terjatuh. Untung saja waktu itu aku duduk tidak jauh dari mereka, jadi aku bisa menahan mereka. Aku menahan tubuh Keisha dan membiarkan Chyntia melepaskan peganganya. Aku memang seorang Pahlawan sejati! Eh… tunggu kenapa aku berpikiran seperti itu!?
"KEISHA?!"
Chyntia histeris melihat sahabatnya terjatuh seperti itu.
"Kita harus membawanya ke UKS!" Aku memberikan saran pada Chyntia.
“Tapi, Yoga, bagaimana caranya kita membawanya ke UKS bila Keisha sudah pings—“
“Serahkan saja padaku!” Aku memotong pertanyaan Chyntia dengan sedikit membentak karena panik.
Aku dengan cepat menggendongnya. Aku tidak peduli walaupun semua gadis memandang kearahku, yang lebih penting adalah keadaan Keisha. Aku dan Chyntia lalu berlari ke-UKS sambil menggendong Keisha. Sial, semua orang dilorong memandangi kami! Aku makin mempercepat langkahku untuk lebih sampai keruang UKS.
Bertahanlah, Keisha!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar