Pertanyaan
Maria :
Apa aku
harus mengikuti pemilihan ketua kelas atau tidak-nyan?
Ria : Itu bagus sekali Maria, lanjutkan!
Maria : Baiklah kalau begitu, Ria-chu!
Gina : Wah, mimpi yang bagus, Maria. Andai saja
aku punya mimpi sebagus itu.
Maria : Ginachin, Kau berkata seperti itu seakan kau
itu tidak punya mimpi-nyan.
Maya : Mungkin kau harus sedikit lebih tinggi dulu
adik kecil.
Maria : Sejak kapan Kamu jadi Kakakku-nyang!?
Sudah beberapa hari setelah Gina kembali kesekolah
, kini sudah tidak ada lagi rumor aneh tentangku. Keadaan sudah kembali normal
seperti semula. Saat ini aku sedang bersama Marina
dan Gina memandangi kotak makan Marina .
Sebenarnya aku malas juga melihat kotak makanan itu, tapi karena bau dari kotak
makanan itu sepertinya enak, jadi aku ikut juga.
"Waah... Mama, sepertinya bekalmu ini
sangat enak!"
Yang berkata seperti itu adalah Gina, dia
tampak bersemangat melihat kotak bekal milik Marina .
"Benarkah...padahal isinya hanya telur
goreng dan ayam goreng saja." Kata Marina.
"Walaupun begitu, bekalmu ini terlihat
sangat enak. Siapa yang membuatnya?"
Tanyaku.
"Kebetulan kalau ini, aku sendiri yang
membuatnya."
"Ah... Yang benar! Hey, Mama, boleh aku
mencicipinya?"
Kata-kata Gina tadi memang terdengar tidak sopan,
tapi Marina
mengiyakanya.
"Boleh, nih aa..."
Dia menyodorkan sesendok nasi disertai potongan
telur dan daging kemulut Gina. Gina dengan antusias melahapnya dan mengunyahnya
perlahan. Sejenak ia merasakan makanan itu didalam mulutnya, tapi beberapa saat
kemudian.
"Ahh... Mama, ini benar-benar enak!"
Sambil mengeluarkan pose yang sangat manis. Ya, memang dia terlihat manis dalam
baju seragam perempuan seperti itu. Apalagi saat kutahu ternyata rambutnya panjang, aku
makin takjub melihatnya. Tapi walaupun begitu dia juga mempunyai kekurangan,
kekurangan itu adalah……
Dia mencoba menyuapiku! Aku mencoba menghindar
karena akan sangat memalukan kalau aku disuapi gadis ini didalam kelas.
"Maaf, tidak usah! Aku masih kenyang."
"Tidak apa-apa. Kamu kan harus banyak makan biar tidak
sakit!"
Itulah sisi buruknya, dia terlalu
kekanak-kanakan untuk gadis seusianya. Dan yang lebih parah, DIA SELALU
MEMANJAKANKU!
Bukannya aku tak mau dimanjakan oleh seorang
gadis, hanya saja kalau sikapnya seperti ini terus, aku juga pasti merasa tak
enak. Ngomong-ngomong, setelah insiden ditaman waktu itu, dia menjadi terus
lengket denganku dan mulai memperlakukanku seperti kekasihnya. Saat kutanya dia mengapa, dia hanya menjawab dengan
tenang, “karena kamu teman laki-lakiku”. Aku juga tak mengerti, tapi kalau
seperti ini terus, aku akan kehilangan waktu-waktu berhagaku untuk bersantai.
"Heuh! Kalian benar-benar terlihat
menjijikan."
Yang berkata seperti itu tiba-tiba adalah Maya. Dia pantas
berkata seperti itu karena dia memang anak seorang pengusaha terkenal. Tunggu,
sejak kapan dia memperhatikan kami?
"Kenapa kalian memakan makanan seperti
itu? Menjijikan!"
Ah... Kalau itu benar-benar kasar! Tapi bukan
urusanku juga sih, dia mau berkata seperti apapun. Tapi aku berpikir, bagaimana
perasaan Marina
saat ini yaa…
DIA TERSENYUM!!!
<skip>
"Maya, Kamu mau mencoba ini? Coba saja!
Enak, kok."
Gina mendekati Maya sambil membawa sesendok nasi
yang tadi akan diberikan padaku.
“A-apa yang akan Kau lakukan?”
“Ayo makan ini…! Enak, kok!”
“Tidak, aku tidak mau memakan makanan menjijikaa—hmmp!!”
Dia berhasil memasukan makanan itu kemulut
Maya!
Maya lalu terlihat berlutut dilantai sambil
menundukan wajahnya setelah Gina berhasil menyuapinya. Dia terlihat sangat tertekan sampai-sampai tertunduk dilantai seperti itu. tapi, aku baru melihat ekspresinya seperti ini. ternyata dia bisa juga bertingkah aneh.
Gina yang keheranan lalu bertanya padaku.
"Yoga Dia kenapa?"
"Aku juga tak tahu. Mungkin kau terlalu
memaksanya." Jawaban singkat dariku.
Gina yang merasa bersalah, perlahan mendekat kearah Maya dan lalu berkata dengan nada sedih.
"Eh.... Maaf, maaf, Maya aku tidak senga—Eh?!"
Tapi tiba-tiba Maya mengadahkan kepalanya dan
terlihat banyak bintang dimatanya.
“Kenapa dia?!”
Dengan cepat Maya mengambil sendok yang ada
ditangan Gina dan berlari kearah meja Marina . Tunggu, apa yang mau gadis itu lakukan...?
"Menjauh dariku madesu!"
Bruaaak!!
"DIA MENEDORONGKU.....!!!"
"Menjauh dariku madesu!"
Bruaaak!!
"DIA MENEDORONGKU.....!!!"
<skip>
"Marina ,
boleh aku mencicipi sedikit bekalmu ini?"
Dia memohon setelah Tidak mungkin gadis yang terlihat sombong ini memohaon dengan manis seperti itu?!!
"Y-ya, boleh saja, ta-tapi, aku juga belum
memakanya dari tadi."
"Uh....."
Dia tertunduk lesu dengan bola mata coklatnya yang bercahaya kelap-kelip sangat indah seperti bintang-bintang dilangit malam! Ah.... Tidak, wajahnya sangat
imut! Rasanya aku ingin mati saja!
“Madesu, kenapa wajahmu tersipu seperti itu?!”
<skip>
"Ba-baiklah, tapi jangan banyak-banyak,
ya!"
"Baik!"
Marina memperbolehkan Maya untuk menyantap makan siangnya karena merasa tergerak dengan wajah imut Maya tadi. aku juga merasakan hal yang sama, seperti melihat seorang putri cantik yang memohon bantuanku. Aku jadi merasa tak tega juga...
Marina memperbolehkan Maya untuk menyantap makan siangnya karena merasa tergerak dengan wajah imut Maya tadi. aku juga merasakan hal yang sama, seperti melihat seorang putri cantik yang memohon bantuanku. Aku jadi merasa tak tega juga...
Walaupun kadang Maya yang kukenal itu selalu bersikap
arogan, Aku tidak menyangka bahwa dia memiliki sikap kekanakan seperti tadi. Dan sikap kekanakannya tadi sangat imut!
Ah.... Aku ingin memeluknya!
"Hey, Madesu! Hentikan pandangan mesum-mu
Padaku!"
“Eh?!”
Dia berkata dengan nada mengintimidasi padaku yang berdiri 1,5m jauhnya. Tungg...memang siapa yang memandanginya dengan tatapan mesum? aku yang tidak terima langsung bertanya.
“Tunggu, siapa juga yang memandang mesum padamu!?”
Dia tidak berkata apapun, hanya saja dari
matanya aku dapat melihat kalau dia sedang menunjuk kearahku dengaan cara yang
kasar. Ternyata dia memang menunjukku...
“Ternyata begitu…, baiklah a-aku minta maaf.”
"Heh….Kalau kau ingin mendapatkan maaf
dariku, maka kau harus mau ku injak!"
"Ogah! Aku tidak mau melakukan hal bodoh
seperti itu!"
"Cih... Dasar Rakyat Jelata! Hey, Marina!
Apa aku boleh mencobanya lagi?"
"Jangan seenaknya memanggil namaku seperti
itu!" aku mencoba memarahinya karena memanggilku dengan sebutan ‘Rakyat
Jelata’ yang berarti aku terlihat lebih rendah darinya, tapi…
“Mama, kenapa bisa enak seperti ini? Apa ada
bumbu rahasia didalamnya?”
“Ah… itu rahasia perusahaan….”
Dia mengabaikanku.
<skip>
Braaak!!!
Tak lama kemudian, aku mendengar pintu Kelas dibuka
keras. Sesosok mengenakan syal hijau berlari menuju arah meja guru. Itu Mela, dia
tampak terengah, tapi wajahnya tampak bergembira.
"Teman.. He.. Teman.... Aku ada kabar
gembira..."
"Kabar gembira?"
Saat aku bertanya seperti itu, dari arah pintu
masuklah Chyntia dan Keisha.
"Ya, benar Alien! Minggu depan akan
diadakan pemilihan ketua kelas!"
Ya, benar juga…. Tahun pelajaran baru sudah
berlangsung beberapa minggu, tapi kita tidak memiliki seorang ketua kelas. Tapi
kenapa dia sangat senang?
“Jadi karena pemilihan kali ini berdasarkan
pada pemungutan suara…. Aku, Melani Septiani Imani, memohon pada kalian… Tolong
pilihlah aku!” Sambil membungkuk.
Jadi itu alasannya…. Maafkan aku Mela, tapi aku
merasa pesimis kalau kau akan menang kali ini. Tapi dari sebelahku, Maya
tiba-tiba berdiri dan menyilangkan tangannya.
"Haa... kenapa Kau begitu tertarik seperti
itu, memang akan ada yang memilihmu. Heh… aku khawatir kau hanya akan mendapat
malu saja!"
Yang berkata kasar tadi adalah Maya. Dia memang
seperti itu, jadi biarkan saja…..
"Heh, lihat saja pasti kali ini aku akan
menang!" Sambil berjalan ke depan kelas.
"Oh, jadi memang benar kau ingin
menyalonkan diri menjadi ketua kelas!" Dengan pandangan mengintimidasi.
Oi, kau terlalu menyeramkan, Maya….
"Y-ya, tentu saja..." Mela meyakinkan
Maya dengan sedikit tergagap karena terganggu dengan tatapan Maya yang
mengintimidasi.
Braak..!
Seseorang tiba-tiba membuka pintu dengan keras
lagi. Kenapa mereka selalu membuat orang lain terkejut seperti itu…!?
"Hey, Teman-teman! Aku punya berita baik-nyan!"
Yang heboh membuka pintu dengan keras itu adalah Maria. Entah kenapa aku sudah tahu apa yang akan ia sampaikan dan berkata dengan tenang.
"Pasti tentang Pemilihan Ketua kelas, ‘kan ?"
Dia pun tampak terkejut dengan pertanyaanku tadi. ternyata benar, dia pasti akan mengutarakan hal yang sama seperti Mela.
Dia pun tampak terkejut dengan pertanyaanku tadi. ternyata benar, dia pasti akan mengutarakan hal yang sama seperti Mela.
"Kenapa kau bisa tahu-nyan?!" Dia mulai kembali bicara walau masih dengan keadaan terkejut.
"Tadi Mela sudah memberitahukan-nya pada
kami."
"Heh... Melaa!!!"
Dia tampak marah pada Mela, tapi Mela tampak
biasa saja menanggapinya.
"Rupanya kau juga akan menyalonkan diri
juga, Pendek?"
Maya bertanya, tentu saja dengan kata-katanya yang
kasar.
"Ya, tentu-nyan! Ah... Jangan-jangan kau
juga ingin menyalonkan diri, Manyan~?"
Maya menajamkan matanya pada Maria dan
menyilangkan tanganya didada.
"Jangan merubah namaku seperti itu,
menjijikan! Lagi pula, mana mungkin aku mengikuti pemilihan seperti itu…”
“Jadi kau memang penakut ya, Maya. Kau sudah
mengakui kekalahanmu sebelum mencoba. Heh, benar-benar lemah-nyan!”
Mereka berdua mungkin adalah gadis yang paling
kejam yang pernah kutemui. Bagaimana tidak, mereka saaling megejek dengan senyum
menyeringai seperti itu. Kalau bukan perempuan sadis, apa lagi sebutan yang
cocok buat mereka, coba?
“Tidak juga… Sebenarnya aku mempunyai kandidat
yang lebih baik darimu."
"Oh, ya?! Siapa itu?"
Maya menunjuk kearah Keisha yang sedang berdiri
didekat pintu. Tunggu, Kenapa dia menunjuk Keisha? Keisha kan selalu terlihat
mengantuk, bagaimana kalau nanti dia menjadi ketua kelas?
"Haa... Jadi kita bisa memilih siapa
kandidat yang kita inginkan?"
Gina bertanya tiba-tiba pada Mela.
"Ya… Karena Pak Hendrik menyerahkan
pemilihan Ketua Murid ini pada kita, jadi kita bisa bebas memilih
kandidatnya."
Mela menjawab pertanyaan Gingin.
"Oh... Kalau begitu aku memilih
Yoga."
"Eh.... Aku!!"
Aku terkejut mendengar kata-kata Gina. Kenapa
harus Aku?! Aku-kan hanya anak Madesu
yang tidak berguna… ya, ‘kan ?
"Kalau begitu aku akan menuliskan para
calon peserta pemilihan ketua kelas dipapan tulis."
Mela dengan cepat menuliskan nama kandidat
calon ketua kelas di papan tulis. Oi, dia menuliskan namaku juga! Tidak, dia
hanya menulis "ALIEN" bukan nama asliku.
“Mela, sudah kubilang namaku itu Yoga!!”
<skip>
"Yoga, Kamu tidak apa-apa tentang
itu?"
Yang betanya adalah Ria dengan wajah
khawatirnya yang membuat semua pria rela mati demi melihat ekspresi imutnya itu!
“Y-ya, tidak lah! Dia mengganti namaku begitu
saja, mana mungkin aku tidak apa-apa!”
“Bukan itu maksudku! Maksudku, apa kamu tidak
apa-apa dijadikan calon ketua kelas?” Marah… Bahkan saat marahpun ia masih
terlihat imut…
Ya pasti tidak, 'tidak apa-apa'! Mana mungin aku
mau menjadi Ketua Kelas, yang kutahu Ketua Kelas itu kerjaan-nya hanya memanggil
guru saja, sama sekali tidak menyenangkan!
"Ya, aku sih tidak apa-apa—" ucapkku bohong, "—hanya
saja, bagaimana dengan dia?"
Aku menunjuk kearah Keisha yang terlihat sedikt
lemas. Kalau aku bisa mendeskripsikan-nya, wajahnya itu terlihat pucat. Apa dia
baik-baik saja? Dia seperti sedang tidak enak badan.
"Keisha, ya…. Aku dengar dulu dia itu pernah
menjadi ketua kelas waktu SMP."
"Begitu, yah... –Eh, aku tidak menyangka dia
bisa juga seperti itu, padahal dia kan
selalu terlihat mengantuk seperti itu."
"Huussh…. Jangan gitu!” Dia tampak kesal
padaku, “jangan menilai orang dari sampulnya saja, siapa tahu dia itu pemimpin
yang hebat….."
"Ah…. Ya….. maaf…."
Sial, baru saja aku Dimarahi oleh Calon Istri mandiriku
sendiri!
<skip>
Aku kembali memandang kearah Keisha, wajahnya
lebih terlihat lemas sekarang. Oi, oi, apa dia benar-benar tak apa-apa?
Seperti dugaanku, bebera saat kemudian tubuhnya
kehilangan keseimbangan. Chyntia yang berada didekatnya mencoba menahanya, tapi
karena terlalu berat dia juga hampir terjatuh. Untung saja waktu itu aku duduk
tidak jauh dari mereka, jadi aku bisa menahan mereka. Aku menahan tubuh Keisha
dan membiarkan Chyntia melepaskan peganganya. Aku memang seorang Pahlawan sejati! Eh… tunggu kenapa aku
berpikiran seperti itu!?
"KEISHA?!"
Chyntia histeris melihat sahabatnya terjatuh
seperti itu.
"Kita harus membawanya ke UKS!" Aku
memberikan saran pada Chyntia.
“Tapi, Yoga, bagaimana caranya kita membawanya
ke UKS bila Keisha sudah pings—“
“Serahkan saja padaku!” Aku memotong pertanyaan
Chyntia dengan sedikit membentak karena panik.
Aku dengan cepat menggendongnya. Aku tidak
peduli walaupun semua gadis memandang kearahku, yang lebih penting adalah
keadaan Keisha. Aku dan Chyntia lalu berlari ke-UKS sambil menggendong Keisha.
Sial, semua orang dilorong memandangi kami! Aku makin mempercepat langkahku
untuk lebih sampai keruang UKS.
Bertahanlah,
Keisha!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar