Pertanyaan Yoga :
Teman sekelasku semuanya perempuan,
bagaimana ini?!
Ria :
Tenanglah, Yoga, semua pasti baik-baik
saja!
Yoga :
Kalau Kau yang bilang, pasti tidak akan
apa-apa.
Maya :
Kenapa kau tidak melompat dari lantai
tiga saja!
Yoga :
AKU MATI! AKU PASTI MATI!!!
Maria :
Pakai baju seragam perempuan saja-nyan!
Yoga :
Iyaan~ kalau begitu aku juga harus
memakai rok, YA ‘KAN !?
Hai, semua, pagi ini
benar-benar indah bukan? Namaku Yoga
Adipati Sanjaya, salam kenal. Hari ini adalah hari pertamaku masuk ditahun
kedua disekolahku yang sangat TIDAK MENYENANGKAN SAMA SEKALI!!!
Kenapa juga aku harus senang, disaat hariku sedang buruk saat ini!
Kalau saja aku mempunyai alat yang dapat membawa kita kemasa lalu
melalui lorong waktu, aku pasti akan mendoktrin diriku yang dulu agas tidak
bersekolah disini. Bagaimana mungkin aku bisa puas bersekolah disini, toh,
guru-guru disini tidak perduli dengan keadaan muridnya. Coba kalian bayangkan,
mereka memasukanku kedalam kelas yang penuh dengan anak perempuan. Apa apaan
itu!!?
Bukanya aku tak mau, tapi satu kelas dengan sekumpulan anak
perempuan itu tidak ada asiknya sama sekali! Tidak ada yang bisa aku ajak
berkelahi maupun ku jahili… benar benar tidak seru!
Apa lagi perempuan itu berisik! Mereka selalu mengobrol tentang
tayangan drama di televisi, mengatakan kata-kata seperti ‘Oh, My Gosh…’ dengan
sok imut, atau bahkan saling bertukar tawa dengan nada sangat tinggi seperti
kuda. Mereka benar-benar mahluk terendah dalam sejarah!!
((Maaf, itu hanya refleksi dari kehiduan Yoga yang Madesu.))
<skip>
Sebenarnya tadi setelah upacara penerimaan murid selesai, aku sempat
pergi keruang guru untuk menanyakan nasibku, tapi yang kudapat adalah jawaban
seperti "Benarkah?", "Begitu, sayang sekali." bahkan ada
yang berkata "Coba lagi!" apa maksudnya itu!
Walikelas baruku pun sama saja, Dia berkata. "Sebenarnya kamu
dimasukan kekelas itu karena Kamu sudah kehabisan kuota kelas yang lain, jadi
kamu harus dimasukan kesana." apa kalian berpikiran sama denganku, 'kan ? Itu hanya alas an
yang konyol, 'kan ?
Selanjutnya Dia berkata bahwa jumlah murid dari kelas A sampai C itu
sama, yaitu 40 orang. Dia juga menambahkan 40 orang itu terdisi dasi 20 siswa
laki-laki dan 20 perempuan. Karena jumlah laki-laki ditahun kedua ada 61 dan perempuan 72 ,
jadi sisanya dipindahkan kekelas D, kelas yang paling akhir. Benar-benar alasan
yang sangat konyol! Dia hanya menyangkal bahwa itu adalah ketentuan dari kepala
sekolah. Sial, sepertinya kepala sekolahku mungkin otaknya sudah rusak!
“Haah…”
Aku menghela nafasku dan kembali meneruskan perjalananku. Kelasku
ini memang berbeda dengan yang lain, kalau kelas 2 yang lain berada di lantai
dua gedung sekolah baru, tapi kelasku ini berada dilantai tiga gedung sekolah
lama yang biasanya banyak dipakai untuk pelajaran praktek. Tapi bukan itu yang
Aku pikirkan, tapi kenapa juga kelasku harus berada dilantai paling atas!
Coba bayangkan kalau ingin jajan dikantin, aku harus berjalan
menuruni tangga dari lantai tiga gedung lama sampai lantai satu gedung baru
yang jaraknya lebih dari seratus meter. Selain itu, walaupun aku sampai disana,
Kantin sudah penuh jejal oleh lautan manusia.
“Sial! Sial! Sial!”
Aku kembali mengutuk Kepala Sekolah dengan kebijakanya ini!
<skip>
Tak berapa lama akhirnya Aku sampai juga didepan ruang kelasku. Aku
merasakan hawa yang sangat aneh dari dalam kelas ini, aku merasa akan terjadi
sesuatu yang besar akan terjadi. Tunggu, kenapa aku jadi berpikiran yang tak
perlu seperti itu!?
“Bagaimanapun, aku adalah orang paling kuat disekolah ini, jadi tak
ada yang harus aku takutkan, benar?”
Aku tidak menyombongkan diri, tapi karena semua anak disekolah ini
adalah pengecut semua, bahkan aku bisa membuat mereka lari ketakutan hanya dengan
menghela nafasku. Jadi tidak salahnya aku menyebut aku adalah seorang laki-laki
yng paling ditakuti, walupun aku hanya berbohong tadi…
Deg! Deg!
Akhirnya Aku membuka pintu kelas itu, pintu yang akan membingbingku
selama satu tahun kedepan, pintu yang akan menentukan masa depanku dan tentunya
bukan pintu yang dapat membuat kita terhubung kemana saja. Karena itu hanya
akan terjadi bila aku bertemu dengan robot kucing dari masa depan, benar ‘kan ?
Kraaak!
Eh?!
Belum sempat aku membuka pintu itu, tiba-tiba pintu itu terbuka.
Seorang gadis berambut coklat pendek terlihat keluar dari balik pintu, di
lehernya Dia menggunakan sebuah syal berwarna hijau yang menutupi sebagian
wajahnya yang manis. Tunggu, apa ini yang disebut Wanita berkalung syal?
BUG...!
Sepertinya aku terlalu lama berpikir hingga… aku tak menyadari bahwa
Dia tadi sedang berlari. Tabrakan pun tak terlelakan, kami sama-sama terjatuh
dengan bokong yang terjatuh duluan.
"Ah.."
Dia mendesah.
"Ah... Maaf, Aku benar-benar...Aku melihatnya!!"
Aku melihat sesuatu dibalik rok-nya. Sial, Aku tidak bisa
mengalihkan pandanganku dari tempat itu!
“Pu-pu-putih…” Benda putih yang sangat indah terlihat didalam roknya…
ini adalah surga… benar-benar surga!!
Mimisan!
Dia yang mengetahui gerak-gerik ku lalu membetulkan posisi duduknya
dan berkata dengan kesal.
"Me-mesum!"
Bang..!!
Sebuah tinju mengarah tepat kesudut kanan pipiku. Saking kerasnya pukulan
itu, Aku sampai terlempar kesudut tembok lorong. Setelah itu dia lalu pergi
dengan kesal.
Hari pertama masuk kekelas benar-benar buruk, dihajar oleh seorang
gadis karena melihat celana dalamya. Saat sepert ini yang bisa kukatakan
hanyalah Ijime Dame Zettai. Walaupun
aku sendiri tak tahu apa arti kata-kata itu, tapi kata-kata itu terdengar
sangat keren. Mungkin…
<skip>
Saatnya pelajaran pertama. Seorang guru laki-laki berdiri didepan
kelas dengan senyum yang hangat sekaligus menjijikan. Dia adalah walikelas yang
beberapa saat lalu kutemui.
"Baiklah, karena semua sudah berkumpul disini jadi kita mulai
saja."
Sudah berkumpul semua dengkulmu, jelas-jelas masih ada dua bangku
yang belum terisi. Apa kau tidak bisa melihat, Pak Guru!?
"Saya selaku walikelas kalian akan memperkenalkan diri saya
sendiri terlebih dahulu..."
Nama saya Hendrik Pratama umur 25 tahun, guru bahasa indonesia yang
sangat menyukai semua makanan yang mengandung susu didalamnya. Aku sudah
mendengarnya tadi, lagi pula senyum itu benar-benar tidak cocok untukmu!
"Kalau begitu sekarang giliran kalian untuk memperkenalkan
diri."
‘Kalau begitu sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri.’
Sungguh intonasi yang menjijikan dari guru dengan muka tampan seperti dia. Aku
yakin pasti saat pertengahan semester Dia akan menodai salah seorang dari pada
gadis ini, dan saat itu terjadi aku akan membunuhnya. Mungkin saja, kalau aku
tidak malas…
"Yang pertama, Chyntia. Silahkan!"
Seorang gadis yang duduk disamping belakang kiriku berdiri. Dia memiliki
rambut pendek seleher berwarna coklat, tidak seperti gadis bersyal tadi, gadis
ini memiliki postur yang lebih tinggi dan wajah yang terlihat menyenangkan.
"Namaku Chyntia, salam kenal!"
Dia berkata dengan riang dan sebuah pose peace di tangan kanannya.
Inilah dia gadis masa kini! Bicara apa aku ini…?
"Oke selanjutnya, Gina."
Langsung diganti?! Padahal dia baru saja berdiri tadi!
Setelah Pak Hendrik menyebut nama Gina tidak ada yang berdiri
seperti tadi. Yang ada hanyalah semua orang saling berpandangan satu sama lain,
tentunya hanya Aku saja yang tidak melakukannya, kenapa juga aku harus
melakukannya?
"Gina, apa ada yang bernama Gina disini?"
Kau benar-benar tidak sabaran, Pak Guru.
"Maaf, sepertinya Gina sedang tidak masuk."
Chyntia berkata mewakilkan siswa yang lain.
"Begitu rupanya..."
Apa yang kau sebut ‘Begitu rupanya’, harusnya kau lebih perhatian
pada murid-muridmu Pak Guru…!
"Selanjutnya, Keisha."
Kembali tidak ada yang berdiri. Oi, oi, kemana perginya orang-orang
itu. Kusadari sekaran Chyntia sedang berbisik pada seseorang dibelakangnya, tapi
bukan namanya berbisik bila Aku dapat mendengarnya juga.
"Hei, keisha. Cepat bangun pak Hendrik memanggilmu."
Dia berbisik kepada seorang yang berada dibelakangnya. Gadis yang Ia
bisiki ternyata sedang tertidur dikelas, seorang gadis dengan rambut hitam
panjang dengan sebuah kuncir dibagian kanan kepalanya yang menancap seperti
tanaman paku.
Perlahan dia mengadahkan kepalanya, saat itulah aku baru tahu
ternyata dia sangat manis walaupun dengan ekspresi orang mengantuk seperti itu.
Apa lagi saat berdiri, tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan badannya yang
langsing terlihat seperti anak SMP. Haah... Dia membuatku ingin memeluknya!
Mungkin…
"…Namaku Keisha, salam kenal."
Eee....!? Walaupun badannya kecil seperti itu, dia ternyata
mempunyai suara seperti orang dewasa. Dia seperti seorang wanita dewasa yang
tubuhnya berubah menjadi anak-anak seperti dalam anime detektif cilik berkaca
mata yang sering kutonton. Tak apalah yang penting Ia masih terlihat imut
bagiku.
"Terima kasih, Keisha. Selanjutnya Maria."
Seorang gadis yang berada dibelakangku berdiri, Dengan rambut
twintail pendeknya yang meliuk dia menunjukan pose yang manis. Apa-apaan itu?
Tunggu, rasanya aku tidak asing dengan gaya
rambut itu.
"Maaf teman-teman, namaku Maria Anggareta. Aku harap kalian
bisa menjadi teman temanku. Terimakasih-nyan~"
Nyan~, apa lagi itu?
"Kalian tahu Aku adalah perempuan paling manis disini, jadi
kalian harus memahami-nya, nyan~"
Nyan~, lagi!? Sepertinya sedang tren akhir-akhir ini.
"Terkadang memang sulit bagi orang yang terlahir manis
sepertiku, tapi aku akan berjuang, nyan~"
‘Nyan’ itu dia, sepertinya dia memang meniru seorang Idol terkenal…
"Hentikan omong kosong itu, Nenek tua!"
Tiba-tiba seorang gadis berkata setengah berteriak pada Maria.
"A-apa Kau bilang Maya?"
Maria sepertinya menjadi emosi. Aku pun memandang kearah sesosok
yang benama Maya tadi. Seorang wanita berwajah bule, dengan hidung yang mancung
dan mata yang indah seperti kucing yang membuatnya terlihat cantik. Apalagi
rambut coklat keemasanya, membuat seseorang yang melihatnya pasti langsung
jatuh cinta padanya. Inilah yang kusebut gadis AA+.
Ngomong-ngomong Gadis AA+ itu apa?
<skip>
"Sudah kubilang 'kan
tadi. Apa mau kuulangi sekali lagi, Nenek Tua?"
"Ja-ja-jangan panggil aku Nenek Tua! Lagipula, gadis manis
sepertiku ini mana mungkin bisa dimengerti oleh akal rendahmu itu. Ah... Kenapa
selalu saja ada yang iri pada kecantikanku ini. Hohoho...."
Ha-ah, Dia memulai perang. Aku benar-benar butuh jubah tak terlihat
yang dipakai oleh penyihir berkacamata saat ini. Lalu setelah itu, pulang.
"Heh, mana mungkin aku iri padamu?"
Maya berkata dengan tegas dan terlihat arogan.
"Benarkah? Bagaimana dengan yang ini."
Maria menyentuh dadanya menggunakan jemarinya yang lentik. Maya
terlihat tersentak untuk sejenak, akan tetapi kemudian ia terlihat marah. Aku
memikirkan apa maksud Maria tadi, setelah aku melihat dada Maria lalu kemudian
memandang kearah dada Maya. Aku mengerti! Dada Maria ukuranya mungkin D cup,
sedangkan Maya B cup, tidak mungkin terlihat lebih rata! Apa dia AA cup?! Hmm…
sepertinya aku tahu kenapa aku menyebutnya Gadis AA+.
Dengan kata lain Dada Maria lebih besar dari Maya. Kenapa Aku bisa
mengetahuinya, tentu saja semua laki-laki pasti tahu tantang ini, benar ‘kan ?
"Apa kau mau bilang kalau Dadaku lebih kecil dari punyamu? Heh,
kalau begitu bersiaplah untuk ku kutuk. Ayo baca ini!"
Ah, Aku pernah nenonton adegan ini di film. Kalau saja rambut Maya
lebih panjang dan berwarna hitam, pasti dia akan terlihat seperti pemeran
antagonis di film itu.
"Yaaa.... Aku takut!"
Bisa-bisanya ia mengeluarkan pose manis seperti itu?!
"Dasar kau pendek, mati saja sana !"
Maya terlihat marah dan berusaha untuk mengejar maria, tapi seorang
gadis berbadan tinggi menahan badanya.
"Tenanglah Maya, apa kamu mau status kebangsawanan-mu
berkurang?"
Gadis itu terlihat sangat tenang dan terkesan ingin melindungi Maya.
Sepertinya dia teman baiknya Maya. Entahlah, aku tidak ingin tahu hal yang tak
berguna seperti itu.
Maya terlihat berpikir sejenak dengan kata-kata gadis tinggi itu.
"Heh, aku tau itu, Reni."
"Syukurlah, kalau begitu. Tapi, aku akan kehilangan kesempatan
untuk memotret ekspresi mu yang sedang marah…" Gadis bernama Reni itu
memegangi kamera yang terkalung dileherrnya dan mulai menangis.
Tunggu, kenapa dia menangis seperti itu?!
<skip>
Maya terlihat lebih tenang dari sebelumnya dan kembali duduk
dikursinya.
"Sudah-sudah, kita lanjutkan saja."
Hey, Pak Guru, Kau benar-benar tidak cocok menjadi seorang guru. Apa
kau tidak melihat perang dunia barusan?!
"Marina ."
Pak Hendrik mulai memanggil nama gadis lainnya tanpa memperdulikan
kejadian yang baru saja terjadi. Seorang gadis berambut pendek berdiri. Dia
memiliki badan yang agak berisi dan pipi yang chubi, tapi walaupun begitu, dia
tetap terlihat cantik.
"Hai, nama saya Marina .
Bila kalian ingin mengetahui tentang makanan apa saja yang enak untuk dimakan,
silahkan minta saran padaku. Terima kasih."
Ya, sama sama, tapi aku tidak mau makanan yang enak. Yang kumau
hanyalah pergi dari sini.
"Ya, terima kasih Marina .
Selanjutnya..."
Pak Hendrik memanggil satu persatu murid yang tersisa. Para murid pun memperkenalkan dirinya masing-masing. Aku
memang buruk dalam mengingat sesuatu, tapi kalau mengingat nama seseorang aku
lah ahlinya. Bahkan Aku ingat nama semua teman sekelasku saat di TK dulu,
walaupun teman-teman TK-ku tidak ingat padaku sama sekali. Sungguh tragis
hidupku...
Satu demi satu para murid dipanggil, hingga giliranku tiba. Pak
Hendrik memanggil namaku dan aku lalu berdiri dengan santai. Heh, sepertinya
aku harus memberikan kesan yang baik untuk para gadis ini…
Dengan bangga aku berkata.
"Namaku, Yoga Adipati sanjaya. Aku tahu aku adalah
satu-satunnya anak laki-laki disini dan karena itu pula aku akan selalu
melindungi kalian dari tangan-tangan kotor para manusia tak beradab. Dan mulai
saat ini, aku akan menjadi suami sementara kalian…" selesai.
Semua isi kelas tertegun mendengar kata-kataku tadi. Heh, aku memang
seorang penakluk sejati!
"Heh, Apa yang barusan dikatakan oleh Si Madesu?"
“Entahlah, mungkin sesuatu tentang mengorbankan keperawanan?”
“Menjijikan…!”
Ugh… Maya dan Reni berkata begitu menyakitkannya! Rasanya jantungku
berhenti berdetak!
"Hey, Keisha! Lihat orang itu mukanya lucu sekali."
Chyntia, jangan mentartawakanku seperti itu!
"Hmm... Sepertinya dia lumayan juga, tapi sayang badanya sangat
kurus."
Maafkan aku Marina ,
Aku memang kurus!
"Wajahnya menakutkan seperti preman."
Ya, wajahku memang seperti preman, Maria!
"Apa Kau sudah selesai, Yoga?"
"Ya..."
Tentu saja, Bodoh! Apa Kau tidak melihat aku di-bully tadi?
Akhirnya aku hanya bisa tergolek lemah diatas mejaku. Aku kira
kiamat itu sudah terlewat di tahun 2012 kemarin, tapi kenapa hari ini terjadi
kiamat didalam hidupku yang Madesu ini…
<skip>
Pok!
Aku merasa seperti ada yang menepuk pundaku dari arah samping, saat
kulihat…
Aku tidak bermimpi, 'kan ?!
Saat ini ada seorang Gadis cantik yang tersenyum manis padaku, apa ini yang
dinamakan pertolongan dari langit itu?!
"Yoga, apa kamu tidak apa apa?"
Ah, dia menanyai keaadaanku, Dia menghawatirkanku! Atau
jangan-jangan dia hanya ingin mejatuhkanku juga?
"Ti-tidak apa-apa."
Wajahnya jadi tenang setelah mendengarkan kata-kataku, begitu juga
hatiku saat melihat wajah manisnya. Siapa sebenarnya Bidadari dihadapanku ini?
"Syukurlah kalau begitu... Aku minta maaf atas yang terjadi
tadi..."
Namanya, Aku harus tahu namanya! Saat dia sedang berbicara, aku
dengan cepat melihat nametag yang
berada di dadanya. R-I-A. Ria, nama yang indah untuk sosok yang indah seperdi
Dia.
"Kyaaa.... Yoga memandangi dada Ria..."
Eh, apa itu?
"Ma-maaf, bukan maksudku seperti itu..."
Maria... Apa yang Kau katakan tadi? Tolong jangan membuat kesalah
pahaman seperti ini. Ria tampak menutupi dadanya. Wah... Sepertinya masa SMA-ku
kali ini taakan berjalan baik!!
<skip>
Braak...
Tiba-tiba ada yang membuka pintu kelas dari luar. Sesosok wanita
mengenakan syal hijau sedang berdiri dengan mengeluarkan desahan nafas yang
berat. Ah, itu gadis yang menabrakku tadi!
"Semua, gawat!!" Dia berteriak kearah semua anak dikelas.
Apa yang gawat? Apa ada kebakaran, gempa bumi, stunami, apa sajalah
yang penting aku bisa pulang.
Gadis itu terlihat menarik nafasnya mencoba untuk tenang dan lalu berkata
dengan lantang.
"... Guru Wali Kelas Kita tidak ada diruang guru!!"
……
“Eh, Aku kira hal yang penting itu apa, ternyata hanya hal bodoh
seperti itu.” Aku dengan cepat merebahkan kepalaku diatas meja dengan malas.
"Maaf Melani, tapi itu..."
Chyntia menunjuk kearah depan kelas, tentu saja dia menunjuk kearah
Pak Hendrik. Gadis yang bernama Melani tadi tampak terkejut melihat penampakan
dihadapannya. Ah, coba kita lihat bagaimana ekpresi Wali kelas bodoh itu
sekarang.
"Ada
apa melani, mencari saya?"
Eh, ekpresi apa itu, kenapa dia tersenyum dalam posisi seperti itu!!
Melihat Pak Hendrik yang ia cari berada dihadapanya, gadis bersyal
hijau tadi tergagap.
"P-pa-pa-pak Hendrik!"
Semua orang kecuali aku tertawa. Bukanya aku tak mau, tapi aku masih
malu dengan kejadian tadi. Aku melihat wajah Melani juga tampak memerah malu.
Kasihan juga Dia. Ah, Sudahlah jangan memikirkan orang lain, yang penting aku
cari aman saja dulu.
~*~*~
Jam pelajaran terakhir-pun selesai, di hari pertama ini para murid
pulang dengan cepat. Aku pengecualianya, karena kejadian salah paham tadi aku
jadi salah tingkah seperti ini. Dari pelajaran pertama tadi sampai pulang
sekolah, aku tidak pernah menunjukan mukaku dan hanya menyembunyikan mukaku
dimeja. Aku memang pecundang...
"Haaa... Kenapa dihari pertama aku sudah jadi bahan tertawaan
dikelas..."
Terdengar seorang wanita mengeluh di sampingku.
Saat kulihat ternyata....
"Oh, celana dalam putih…"
"Heh!?"
Dia terlihat terkejut saat melihatku.
"Apa yang K-kau lakukan disini?"
"Harusnya aku yang mengatakan seperti itu bukan?"
Ya, harusnya Aku.
Dia terlihat ketakutan saat melihatku yang duduk disebelahnya.
Kenapa dengan orang ini?
"A-apa kau manusia?"
"…Tentu saja! Memang aku terlihat seperti apa?"
Dia malah terlihat bingung dengan ucapanku barusan.
"Tapi, kau tidak terlihat seperti Manusia!"
“…Memangnya Manusia seperti apa yang ada dalam spesifikasi-mu?”
Dia mengalihkan pandangannya kearah lain dengan ekspresi malu, tapi
beberapa saat kemudian ia langsung menatapku tajam dan bertanya.
"Apa kau Alien?"
"Bukan."
"Penjelajah waktu?"
"Bukan.."
"Ah, Kalau begitu kau seorang Esper?"
"Kenapa kau tidak bilang saja kalau aku manusia?"
"Sudah aku bilang tadi, Kau tidak seperti manusia... Atau
mungkin... Kau Alien berkekuatan Esper dari masa depan?"
"Bukan, Aku ini manusia...!"
"Heh!"
Dia mengabaikanku... Apa-apaan itu!
<skip>
Dia dengan seksama memandangku dengan matanya yang tajam. Dia
seperti menelitiku dari ujung kaki sampai kepala.
"Ah, aku tahu kau siapa?!"
Benarkah, Bagus kalau kau sudah sadar aku ini manusia.
"Kau, 'kan
yang menabraku waktu dipintu tadi?"
Ternyata dia hanya menyingung kejadian yang tadi pagi…
"Apa yang kau lakukan disini, bukanya ini kelas khusus
wanita?"
"Aku salah satu murid dikelas ini juga. Apa kau tidak melihatku
duduk disini dari tadi?"
"Benarkah?! Aku tidak melihatnya."
Apa Kau bodoh atau apa, jelas-jelas aku dari tadi ada disampingmu.
"Kenapa kau bisa berada dikelas ini, apa jangan-jangan kamu
mengkonspirasi sekolah ini?"
"Jangan membuatku terlihat seperti seorang dari sekte
sesat!"
"Terus kenapa kau bisa berada dikelas ini? Apa jangan-jangan
benar kau ini adalah Alien yang sedang mengobservasi kelas ini…"
<skip>
“Haah……”
Dia mendesah sebentar lalu kemudian bertanya lagi.
"Kalau begitu siapa namamu?"
"Yoga, Yoga Adipati Sanjaya."
“?!”
Dia tampak terkejut sesat.
“Kenapa?”
"Heh, Tidak apa-apa! Aku hanya berpikir namamu itu sangat
buruk."
"Hey, bilang saja pada orang tuaku sana ! Lagipula, memang namamu lebih bagus
daripada milikku apa?"
"Tentu saja. Namaku, Melani Septiani Imani..."
Dia berkata penuh keyakinan. Maafkan aku orang tua Melani, tapi
sepertinya nama itu terlalu aneh ditelingaku. Semuanya berakhiran
"I", itulah yang ku sadari dari nama panjangnya.
"Kenapa mukamu jadi seperti itu?"
"…Seperti apa?"
"Tentu saja wajahmu itu seperti berkata ‘Tolong pukul Aku!’,
begitu."
Benarkah? Tapi sepertinya orang yang harusnya dipukul itu kau,
untung saja kau ini wanita.
<skip>
"Hah, sudahlah... Kenapa kau bisa dimasukan kekelas ini?"
Pertanyaanmu tadi seperti bertanya "Kenapa para Penyihir
menggunakan sapu terbang untuk melayang di udara?". Sepertinya jawaban itu
hanya Tuhan dan J. K. Rowling saja yang tahu, benar ‘kan ?
"Kalau aku sudah tahu alasannya, aku pasti sudah tenang dan
pulang dari tadi."
Dia memiringkan kepalanya. Oi, apa-apaan pose imut seperti itu!
"Aku benar-benar tak mengerti dengan pemikiranmu itu. Kenapa
juga kau harus diam disini, bukannya lebih baik kalau kau pulang dan pasrah
dengan nasibmu yang tak beruntung itu."
Terserah... Sebenarnya Aku juga tadi hanya mengada-ngada saja.
"Sudahlah kenapa juga aku harus memikirkanya 'toh kamu ini
bukan berasal dari bumi."
Mulai lagi... Tapi, biarkan sajalah, kalau aku teruskan pembicaraan
aneh ini malah makin panjang, benar ‘kan ?
"Kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa, Alien..."
Dia perlahan berjalan menuju pintu kelas. Akhirnya dia pergi juga.
Tapi, tunggu dulu…
“Siapa yang kau sebut ‘Alien’ tadi?”
Dia menolehkan kembali kepalanya kearahku saat akan keluar dari
ruang kelas.
“Tentu saja Kau, Alien!”
“Dengar Melani Septiani Imani, aku punya nama, namaku Yoga, jadi
sebut aku dengan Yoga saja!”
Dia menaikan sebelah alisnya kebingungan dan berkata.
“Tapi aku lebih suka dengan Alien, karena lebih mudah diucapkan dan
lebih cocok denganmu.”
Heeh… Dia mengajakku perang ya…
“Dengar ya, Melani. Namaku itu Yoga, jadi kau harus memanggilku
dengan Yo—AARRGGGHH! MELA, JANGAN MENCEKIKKU DARI BELAKANG!!”
“Dengar, Alien! Mulai saat ini namamu adalah Alien, jangan
membantahnya oke!”
“Mana mungkin aku maUUUGGHH…!!!”
“HAAH… AKU TIDAK DAPAT MENDENGARNYA, ALIEN!!?”
Sial! Dia mencekikku lebih kuat dari sebelumnya, apa dia benar-benar
seorang Perempuan?!
“Jadi, bagaimana, Alien?”
“A-AKU SETUJU! AKU TDAK KUAT MERASAKAN DADAMU YANG MENEMPEL
DIPUNGGUNGKU!”
“?!!”
<skip>
Dia akhirnya melepaskanku.
“Sial! Aku kira aku akan mati tadi!”
“Ka-kalau begitu mulai saat ini namamu Alien, kau mengerti!”
Aku mengabaikannya yang berjalan pergi keluar kelas dengan cepat dan
hanya terdiam mengumpulkan lifepoints-ku
kembali.
Melani.... Aku baru tahu ternyata Kamu itu gadis yang imut dan baik
hati, Aku berharap bisa berteman denganmu. Tapi, tentu saja aku hanya bercanda!
Manamungkin aku mau berteman dengan gadis Barbarian seperti dia, benar ‘kan ?
Heh, sepertinya hidupku
semakin bermasalah setelah bertemu dengan para gadis dikelasku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar