Kamis, 12 Juni 2014

Bab 1 Hidupku Semakin Bermasalah Setelah Bertemu Para Gadis Dikelasku



Pertanyaan Yoga :
Teman sekelasku semuanya perempuan, bagaimana ini?!

Ria        : Tenanglah, Yoga, semua pasti baik-baik saja!
Yoga     : Kalau Kau yang bilang, pasti tidak akan apa-apa.

Maya    : Kenapa kau tidak melompat dari lantai tiga saja!
Yoga     : AKU MATI! AKU PASTI MATI!!!

Maria    : Pakai baju seragam perempuan saja-nyan!
Yoga     : Iyaan~ kalau begitu aku juga harus memakai rok, YA ‘KAN!?

Hai, semua, pagi ini benar-benar indah bukan? Namaku Yoga Adipati Sanjaya, salam kenal. Hari ini adalah hari pertamaku masuk ditahun kedua disekolahku yang sangat TIDAK MENYENANGKAN SAMA SEKALI!!!
Kenapa juga aku harus senang, disaat hariku sedang buruk saat ini!
Kalau saja aku mempunyai alat yang dapat membawa kita kemasa lalu melalui lorong waktu, aku pasti akan mendoktrin diriku yang dulu agas tidak bersekolah disini. Bagaimana mungkin aku bisa puas bersekolah disini, toh, guru-guru disini tidak perduli dengan keadaan muridnya. Coba kalian bayangkan, mereka memasukanku kedalam kelas yang penuh dengan anak perempuan. Apa apaan itu!!?
Bukanya aku tak mau, tapi satu kelas dengan sekumpulan anak perempuan itu tidak ada asiknya sama sekali! Tidak ada yang bisa aku ajak berkelahi maupun ku jahili… benar benar tidak seru!
Apa lagi perempuan itu berisik! Mereka selalu mengobrol tentang tayangan drama di televisi, mengatakan kata-kata seperti ‘Oh, My Gosh…’ dengan sok imut, atau bahkan saling bertukar tawa dengan nada sangat tinggi seperti kuda. Mereka benar-benar mahluk terendah dalam sejarah!!
((Maaf, itu hanya refleksi dari kehiduan Yoga yang Madesu.))
“BERISIK!!!”
<skip>
Sebenarnya tadi setelah upacara penerimaan murid selesai, aku sempat pergi keruang guru untuk menanyakan nasibku, tapi yang kudapat adalah jawaban seperti "Benarkah?", "Begitu, sayang sekali." bahkan ada yang berkata "Coba lagi!" apa maksudnya itu!
Walikelas baruku pun sama saja, Dia berkata. "Sebenarnya kamu dimasukan kekelas itu karena Kamu sudah kehabisan kuota kelas yang lain, jadi kamu harus dimasukan kesana." apa kalian berpikiran sama denganku, 'kan? Itu hanya alas an yang konyol, 'kan?
Selanjutnya Dia berkata bahwa jumlah murid dari kelas A sampai C itu sama, yaitu 40 orang. Dia juga menambahkan 40 orang itu terdisi dasi 20 siswa laki-laki dan 20 perempuan. Karena jumlah laki-laki ditahun kedua ada 61 dan perempuan 72 , jadi sisanya dipindahkan kekelas D, kelas yang paling akhir. Benar-benar alasan yang sangat konyol! Dia hanya menyangkal bahwa itu adalah ketentuan dari kepala sekolah. Sial, sepertinya kepala sekolahku mungkin otaknya sudah rusak!
“Haah…”
Aku menghela nafasku dan kembali meneruskan perjalananku. Kelasku ini memang berbeda dengan yang lain, kalau kelas 2 yang lain berada di lantai dua gedung sekolah baru, tapi kelasku ini berada dilantai tiga gedung sekolah lama yang biasanya banyak dipakai untuk pelajaran praktek. Tapi bukan itu yang Aku pikirkan, tapi kenapa juga kelasku harus berada dilantai paling atas!
Coba bayangkan kalau ingin jajan dikantin, aku harus berjalan menuruni tangga dari lantai tiga gedung lama sampai lantai satu gedung baru yang jaraknya lebih dari seratus meter. Selain itu, walaupun aku sampai disana, Kantin sudah penuh jejal oleh lautan manusia.
“Sial! Sial! Sial!”
Aku kembali mengutuk Kepala Sekolah dengan kebijakanya ini!
<skip>
Tak berapa lama akhirnya Aku sampai juga didepan ruang kelasku. Aku merasakan hawa yang sangat aneh dari dalam kelas ini, aku merasa akan terjadi sesuatu yang besar akan terjadi. Tunggu, kenapa aku jadi berpikiran yang tak perlu seperti itu!?
“Bagaimanapun, aku adalah orang paling kuat disekolah ini, jadi tak ada yang harus aku takutkan, benar?”
Aku tidak menyombongkan diri, tapi karena semua anak disekolah ini adalah pengecut semua, bahkan aku bisa membuat mereka lari ketakutan hanya dengan menghela nafasku. Jadi tidak salahnya aku menyebut aku adalah seorang laki-laki yng paling ditakuti, walupun aku hanya berbohong tadi…
Deg! Deg!
Akhirnya Aku membuka pintu kelas itu, pintu yang akan membingbingku selama satu tahun kedepan, pintu yang akan menentukan masa depanku dan tentunya bukan pintu yang dapat membuat kita terhubung kemana saja. Karena itu hanya akan terjadi bila aku bertemu dengan robot kucing dari masa depan, benar ‘kan?
Kraaak!
Eh?!
Belum sempat aku membuka pintu itu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Seorang gadis berambut coklat pendek terlihat keluar dari balik pintu, di lehernya Dia menggunakan sebuah syal berwarna hijau yang menutupi sebagian wajahnya yang manis. Tunggu, apa ini yang disebut Wanita berkalung syal?
BUG...!
Sepertinya aku terlalu lama berpikir hingga… aku tak menyadari bahwa Dia tadi sedang berlari. Tabrakan pun tak terlelakan, kami sama-sama terjatuh dengan bokong yang terjatuh duluan.
"Ah.."
Dia mendesah.
"Ah... Maaf, Aku benar-benar...Aku melihatnya!!"
Aku melihat sesuatu dibalik rok-nya. Sial, Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari tempat itu!
“Pu-pu-putih…” Benda putih yang sangat indah terlihat didalam roknya… ini adalah surga… benar-benar surga!!
Mimisan!
Dia yang mengetahui gerak-gerik ku lalu membetulkan posisi duduknya dan berkata dengan kesal.
"Me-mesum!"
Bang..!!
Sebuah tinju mengarah  tepat kesudut kanan pipiku. Saking kerasnya pukulan itu, Aku sampai terlempar kesudut tembok lorong. Setelah itu dia lalu pergi dengan kesal.
Hari pertama masuk kekelas benar-benar buruk, dihajar oleh seorang gadis karena melihat celana dalamya. Saat sepert ini yang bisa kukatakan hanyalah Ijime Dame Zettai. Walaupun aku sendiri tak tahu apa arti kata-kata itu, tapi kata-kata itu terdengar sangat keren. Mungkin…
<skip>
Saatnya pelajaran pertama. Seorang guru laki-laki berdiri didepan kelas dengan senyum yang hangat sekaligus menjijikan. Dia adalah walikelas yang beberapa saat lalu kutemui.
"Baiklah, karena semua sudah berkumpul disini jadi kita mulai saja."
Sudah berkumpul semua dengkulmu, jelas-jelas masih ada dua bangku yang belum terisi. Apa kau tidak bisa melihat, Pak Guru!?
"Saya selaku walikelas kalian akan memperkenalkan diri saya sendiri terlebih dahulu..."
Nama saya Hendrik Pratama umur 25 tahun, guru bahasa indonesia yang sangat menyukai semua makanan yang mengandung susu didalamnya. Aku sudah mendengarnya tadi, lagi pula senyum itu benar-benar tidak cocok untukmu!
"Kalau begitu sekarang giliran kalian untuk memperkenalkan diri."
‘Kalau begitu sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri.’ Sungguh intonasi yang menjijikan dari guru dengan muka tampan seperti dia. Aku yakin pasti saat pertengahan semester Dia akan menodai salah seorang dari pada gadis ini, dan saat itu terjadi aku akan membunuhnya. Mungkin saja, kalau aku tidak malas…
"Yang pertama, Chyntia. Silahkan!"
Seorang gadis yang duduk disamping belakang kiriku berdiri. Dia memiliki rambut pendek seleher berwarna coklat, tidak seperti gadis bersyal tadi, gadis ini memiliki postur yang lebih tinggi dan wajah yang terlihat menyenangkan.
"Namaku Chyntia, salam kenal!"
Dia berkata dengan riang dan sebuah pose peace di tangan kanannya. Inilah dia gadis masa kini! Bicara apa aku ini…?
"Oke selanjutnya, Gina."
Langsung diganti?! Padahal dia baru saja berdiri tadi!
Setelah Pak Hendrik menyebut nama Gina tidak ada yang berdiri seperti tadi. Yang ada hanyalah semua orang saling berpandangan satu sama lain, tentunya hanya Aku saja yang tidak melakukannya, kenapa juga aku harus melakukannya?
"Gina, apa ada yang bernama Gina disini?"
Kau benar-benar tidak sabaran, Pak Guru.
"Maaf, sepertinya Gina sedang tidak masuk."
Chyntia berkata mewakilkan siswa yang lain.
"Begitu rupanya..."
Apa yang kau sebut ‘Begitu rupanya’, harusnya kau lebih perhatian pada murid-muridmu Pak Guru…!
"Selanjutnya, Keisha."
Kembali tidak ada yang berdiri. Oi, oi, kemana perginya orang-orang itu. Kusadari sekaran Chyntia sedang berbisik pada seseorang dibelakangnya, tapi bukan namanya berbisik bila Aku dapat mendengarnya juga.
"Hei, keisha. Cepat bangun pak Hendrik memanggilmu."
Dia berbisik kepada seorang yang berada dibelakangnya. Gadis yang Ia bisiki ternyata sedang tertidur dikelas, seorang gadis dengan rambut hitam panjang dengan sebuah kuncir dibagian kanan kepalanya yang menancap seperti tanaman paku.
Perlahan dia mengadahkan kepalanya, saat itulah aku baru tahu ternyata dia sangat manis walaupun dengan ekspresi orang mengantuk seperti itu. Apa lagi saat berdiri, tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan badannya yang langsing terlihat seperti anak SMP. Haah... Dia membuatku ingin memeluknya! Mungkin…
"…Namaku Keisha, salam kenal."
Eee....!? Walaupun badannya kecil seperti itu, dia ternyata mempunyai suara seperti orang dewasa. Dia seperti seorang wanita dewasa yang tubuhnya berubah menjadi anak-anak seperti dalam anime detektif cilik berkaca mata yang sering kutonton. Tak apalah yang penting Ia masih terlihat imut bagiku.
"Terima kasih, Keisha. Selanjutnya Maria."
Seorang gadis yang berada dibelakangku berdiri, Dengan rambut twintail pendeknya yang meliuk dia menunjukan pose yang manis. Apa-apaan itu? Tunggu, rasanya aku tidak asing dengan gaya rambut itu.
"Maaf teman-teman, namaku Maria Anggareta. Aku harap kalian bisa menjadi teman temanku. Terimakasih-nyan~"
Nyan~, apa lagi itu?
"Kalian tahu Aku adalah perempuan paling manis disini, jadi kalian harus memahami-nya, nyan~"
Nyan~, lagi!? Sepertinya sedang tren akhir-akhir ini.
"Terkadang memang sulit bagi orang yang terlahir manis sepertiku, tapi aku akan berjuang, nyan~"
‘Nyan’ itu dia, sepertinya dia memang meniru seorang Idol terkenal…
"Hentikan omong kosong itu, Nenek tua!"
Tiba-tiba seorang gadis berkata setengah berteriak pada Maria.
"A-apa Kau bilang Maya?"
Maria sepertinya menjadi emosi. Aku pun memandang kearah sesosok yang benama Maya tadi. Seorang wanita berwajah bule, dengan hidung yang mancung dan mata yang indah seperti kucing yang membuatnya terlihat cantik. Apalagi rambut coklat keemasanya, membuat seseorang yang melihatnya pasti langsung jatuh cinta padanya. Inilah yang kusebut gadis AA+.
Ngomong-ngomong Gadis AA+ itu apa?
<skip>
"Sudah kubilang 'kan tadi. Apa mau kuulangi sekali lagi, Nenek Tua?"
"Ja-ja-jangan panggil aku Nenek Tua! Lagipula, gadis manis sepertiku ini mana mungkin bisa dimengerti oleh akal rendahmu itu. Ah... Kenapa selalu saja ada yang iri pada kecantikanku ini. Hohoho...."
Ha-ah, Dia memulai perang. Aku benar-benar butuh jubah tak terlihat yang dipakai oleh penyihir berkacamata saat ini. Lalu setelah itu, pulang.
"Heh, mana mungkin aku iri padamu?"
Maya berkata dengan tegas dan terlihat arogan.
"Benarkah? Bagaimana dengan yang ini."
Maria menyentuh dadanya menggunakan jemarinya yang lentik. Maya terlihat tersentak untuk sejenak, akan tetapi kemudian ia terlihat marah. Aku memikirkan apa maksud Maria tadi, setelah aku melihat dada Maria lalu kemudian memandang kearah dada Maya. Aku mengerti! Dada Maria ukuranya mungkin D cup, sedangkan Maya B cup, tidak mungkin terlihat lebih rata! Apa dia AA cup?! Hmm… sepertinya aku tahu kenapa aku menyebutnya Gadis AA+.
Dengan kata lain Dada Maria lebih besar dari Maya. Kenapa Aku bisa mengetahuinya, tentu saja semua laki-laki pasti tahu tantang ini, benar ‘kan?
"Apa kau mau bilang kalau Dadaku lebih kecil dari punyamu? Heh, kalau begitu bersiaplah untuk ku kutuk. Ayo baca ini!"
Ah, Aku pernah nenonton adegan ini di film. Kalau saja rambut Maya lebih panjang dan berwarna hitam, pasti dia akan terlihat seperti pemeran antagonis di film itu.
"Yaaa.... Aku takut!"
Bisa-bisanya ia mengeluarkan pose manis seperti itu?!
"Dasar kau pendek, mati saja sana!"
Maya terlihat marah dan berusaha untuk mengejar maria, tapi seorang gadis berbadan tinggi menahan badanya.
"Tenanglah Maya, apa kamu mau status kebangsawanan-mu berkurang?"
Gadis itu terlihat sangat tenang dan terkesan ingin melindungi Maya. Sepertinya dia teman baiknya Maya. Entahlah, aku tidak ingin tahu hal yang tak berguna seperti itu.
Maya terlihat berpikir sejenak dengan kata-kata gadis tinggi itu.
"Heh, aku tau itu, Reni."
"Syukurlah, kalau begitu. Tapi, aku akan kehilangan kesempatan untuk memotret ekspresi mu yang sedang marah…" Gadis bernama Reni itu memegangi kamera yang terkalung dileherrnya dan mulai menangis.
Tunggu, kenapa dia menangis seperti itu?!
<skip>
Maya terlihat lebih tenang dari sebelumnya dan kembali duduk dikursinya.
"Sudah-sudah, kita lanjutkan saja."
Hey, Pak Guru, Kau benar-benar tidak cocok menjadi seorang guru. Apa kau tidak melihat perang dunia barusan?!
"Marina."
Pak Hendrik mulai memanggil nama gadis lainnya tanpa memperdulikan kejadian yang baru saja terjadi. Seorang gadis berambut pendek berdiri. Dia memiliki badan yang agak berisi dan pipi yang chubi, tapi walaupun begitu, dia tetap terlihat cantik.
"Hai, nama saya Marina. Bila kalian ingin mengetahui tentang makanan apa saja yang enak untuk dimakan, silahkan minta saran padaku. Terima kasih."
Ya, sama sama, tapi aku tidak mau makanan yang enak. Yang kumau hanyalah pergi dari sini.
"Ya, terima kasih Marina. Selanjutnya..."
Pak Hendrik memanggil satu persatu murid yang tersisa. Para murid pun memperkenalkan dirinya masing-masing. Aku memang buruk dalam mengingat sesuatu, tapi kalau mengingat nama seseorang aku lah ahlinya. Bahkan Aku ingat nama semua teman sekelasku saat di TK dulu, walaupun teman-teman TK-ku tidak ingat padaku sama sekali. Sungguh tragis hidupku...
Satu demi satu para murid dipanggil, hingga giliranku tiba. Pak Hendrik memanggil namaku dan aku lalu berdiri dengan santai. Heh, sepertinya aku harus memberikan kesan yang baik untuk para gadis ini…
Dengan bangga aku berkata.
"Namaku, Yoga Adipati sanjaya. Aku tahu aku adalah satu-satunnya anak laki-laki disini dan karena itu pula aku akan selalu melindungi kalian dari tangan-tangan kotor para manusia tak beradab. Dan mulai saat ini, aku akan menjadi suami sementara kalian…" selesai.
Semua isi kelas tertegun mendengar kata-kataku tadi. Heh, aku memang seorang penakluk sejati!
"Heh, Apa yang barusan dikatakan oleh Si Madesu?"
“Entahlah, mungkin sesuatu tentang mengorbankan keperawanan?”
“Menjijikan…!”
Ugh… Maya dan Reni berkata begitu menyakitkannya! Rasanya jantungku berhenti berdetak!
"Hey, Keisha! Lihat orang itu mukanya lucu sekali."
Chyntia, jangan mentartawakanku seperti itu!
"Hmm... Sepertinya dia lumayan juga, tapi sayang badanya sangat kurus."
Maafkan aku Marina, Aku memang kurus!
"Wajahnya menakutkan seperti preman."
Ya, wajahku memang seperti preman, Maria!
"Apa Kau sudah selesai, Yoga?"
"Ya..."
Tentu saja, Bodoh! Apa Kau tidak melihat aku di-bully tadi?
Akhirnya aku hanya bisa tergolek lemah diatas mejaku. Aku kira kiamat itu sudah terlewat di tahun 2012 kemarin, tapi kenapa hari ini terjadi kiamat didalam hidupku yang Madesu ini…
<skip>
Pok!
Aku merasa seperti ada yang menepuk pundaku dari arah samping, saat kulihat…
Aku tidak bermimpi, 'kan?! Saat ini ada seorang Gadis cantik yang tersenyum manis padaku, apa ini yang dinamakan pertolongan dari langit itu?!
"Yoga, apa kamu tidak apa apa?"
Ah, dia menanyai keaadaanku, Dia menghawatirkanku! Atau jangan-jangan dia hanya ingin mejatuhkanku juga?
"Ti-tidak apa-apa."
Wajahnya jadi tenang setelah mendengarkan kata-kataku, begitu juga hatiku saat melihat wajah manisnya. Siapa sebenarnya Bidadari dihadapanku ini?
"Syukurlah kalau begitu... Aku minta maaf atas yang terjadi tadi..."
Namanya, Aku harus tahu namanya! Saat dia sedang berbicara, aku dengan cepat melihat nametag yang berada di dadanya. R-I-A. Ria, nama yang indah untuk sosok yang indah seperdi Dia.
"Kyaaa.... Yoga memandangi dada Ria..."
Eh, apa itu?
"Ma-maaf, bukan maksudku seperti itu..."
Maria... Apa yang Kau katakan tadi? Tolong jangan membuat kesalah pahaman seperti ini. Ria tampak menutupi dadanya. Wah... Sepertinya masa SMA-ku kali ini taakan berjalan baik!!
<skip>
Braak...
Tiba-tiba ada yang membuka pintu kelas dari luar. Sesosok wanita mengenakan syal hijau sedang berdiri dengan mengeluarkan desahan nafas yang berat. Ah, itu gadis yang menabrakku tadi!
"Semua, gawat!!" Dia berteriak kearah semua anak dikelas.
Apa yang gawat? Apa ada kebakaran, gempa bumi, stunami, apa sajalah yang penting aku bisa pulang.
Gadis itu terlihat menarik nafasnya mencoba untuk tenang dan lalu berkata dengan lantang.
"... Guru Wali Kelas Kita tidak ada diruang guru!!"
……
“Eh, Aku kira hal yang penting itu apa, ternyata hanya hal bodoh seperti itu.” Aku dengan cepat merebahkan kepalaku diatas meja dengan malas.
"Maaf Melani, tapi itu..."
Chyntia menunjuk kearah depan kelas, tentu saja dia menunjuk kearah Pak Hendrik. Gadis yang bernama Melani tadi tampak terkejut melihat penampakan dihadapannya. Ah, coba kita lihat bagaimana ekpresi Wali kelas bodoh itu sekarang.
"Ada apa melani, mencari saya?"
Eh, ekpresi apa itu, kenapa dia tersenyum dalam posisi seperti itu!!
Melihat Pak Hendrik yang ia cari berada dihadapanya, gadis bersyal hijau tadi tergagap.
"P-pa-pa-pak Hendrik!"
Semua orang kecuali aku tertawa. Bukanya aku tak mau, tapi aku masih malu dengan kejadian tadi. Aku melihat wajah Melani juga tampak memerah malu. Kasihan juga Dia. Ah, Sudahlah jangan memikirkan orang lain, yang penting aku cari aman saja dulu.
~*~*~
Jam pelajaran terakhir-pun selesai, di hari pertama ini para murid pulang dengan cepat. Aku pengecualianya, karena kejadian salah paham tadi aku jadi salah tingkah seperti ini. Dari pelajaran pertama tadi sampai pulang sekolah, aku tidak pernah menunjukan mukaku dan hanya menyembunyikan mukaku dimeja. Aku memang pecundang...
"Haaa... Kenapa dihari pertama aku sudah jadi bahan tertawaan dikelas..."
Terdengar seorang wanita mengeluh di sampingku.
Saat kulihat ternyata....
"Oh, celana dalam putih…"
"Heh!?"
Dia terlihat terkejut saat melihatku.
"Apa yang K-kau lakukan disini?"
"Harusnya aku yang mengatakan seperti itu bukan?"
Ya, harusnya Aku.
Dia terlihat ketakutan saat melihatku yang duduk disebelahnya. Kenapa dengan orang ini?
"A-apa kau manusia?"
"…Tentu saja! Memang aku terlihat seperti apa?"
Dia malah terlihat bingung dengan ucapanku barusan.
"Tapi, kau tidak terlihat seperti Manusia!"
“…Memangnya Manusia seperti apa yang ada dalam spesifikasi-mu?”
Dia mengalihkan pandangannya kearah lain dengan ekspresi malu, tapi beberapa saat kemudian ia langsung menatapku tajam dan bertanya.
"Apa kau Alien?"
"Bukan."
"Penjelajah waktu?"
"Bukan.."
"Ah, Kalau begitu kau seorang Esper?"
"Kenapa kau tidak bilang saja kalau aku manusia?"
"Sudah aku bilang tadi, Kau tidak seperti manusia... Atau mungkin... Kau Alien berkekuatan Esper dari masa depan?"
"Bukan, Aku ini manusia...!"
"Heh!"
Dia mengabaikanku... Apa-apaan itu! 
<skip>
Dia dengan seksama memandangku dengan matanya yang tajam. Dia seperti menelitiku dari ujung kaki sampai kepala.
"Ah, aku tahu kau siapa?!"
Benarkah, Bagus kalau kau sudah sadar aku ini manusia.
"Kau, 'kan yang menabraku waktu dipintu tadi?"
Ternyata dia hanya menyingung kejadian yang tadi pagi…
"Apa yang kau lakukan disini, bukanya ini kelas khusus wanita?"
"Aku salah satu murid dikelas ini juga. Apa kau tidak melihatku duduk disini dari tadi?"
"Benarkah?! Aku tidak melihatnya."
Apa Kau bodoh atau apa, jelas-jelas aku dari tadi ada disampingmu.
"Kenapa kau bisa berada dikelas ini, apa jangan-jangan kamu mengkonspirasi sekolah ini?"
"Jangan membuatku terlihat seperti seorang dari sekte sesat!"
"Terus kenapa kau bisa berada dikelas ini? Apa jangan-jangan benar kau ini adalah Alien yang sedang mengobservasi kelas ini…"
Ada apa sebenarnya dengan otak gadis ini? Apa dia renkarnasi dari Suzumiya Haruhi?
<skip>
“Haah……”
Dia mendesah sebentar lalu kemudian bertanya lagi.
"Kalau begitu siapa namamu?"
"Yoga, Yoga Adipati Sanjaya."
“?!”
Dia tampak terkejut sesat.
“Kenapa?”
"Heh, Tidak apa-apa! Aku hanya berpikir namamu itu sangat buruk."
"Hey, bilang saja pada orang tuaku sana! Lagipula, memang namamu lebih bagus daripada milikku apa?"
"Tentu saja. Namaku, Melani Septiani Imani..."
Dia berkata penuh keyakinan. Maafkan aku orang tua Melani, tapi sepertinya nama itu terlalu aneh ditelingaku. Semuanya berakhiran "I", itulah yang ku sadari dari nama panjangnya.
"Kenapa mukamu jadi seperti itu?"
"…Seperti apa?"
"Tentu saja wajahmu itu seperti berkata ‘Tolong pukul Aku!’, begitu."
Benarkah? Tapi sepertinya orang yang harusnya dipukul itu kau, untung saja kau ini wanita.
<skip>
"Hah, sudahlah... Kenapa kau bisa dimasukan kekelas ini?"
Pertanyaanmu tadi seperti bertanya "Kenapa para Penyihir menggunakan sapu terbang untuk melayang di udara?". Sepertinya jawaban itu hanya Tuhan dan J. K. Rowling saja yang tahu, benar ‘kan?
"Kalau aku sudah tahu alasannya, aku pasti sudah tenang dan pulang dari tadi."
Dia memiringkan kepalanya. Oi, apa-apaan pose imut seperti itu!
"Aku benar-benar tak mengerti dengan pemikiranmu itu. Kenapa juga kau harus diam disini, bukannya lebih baik kalau kau pulang dan pasrah dengan nasibmu yang tak beruntung itu."
Terserah... Sebenarnya Aku juga tadi hanya mengada-ngada saja.
"Sudahlah kenapa juga aku harus memikirkanya 'toh kamu ini bukan berasal dari bumi."
Mulai lagi... Tapi, biarkan sajalah, kalau aku teruskan pembicaraan aneh ini malah makin panjang, benar ‘kan?
"Kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa, Alien..."
Dia perlahan berjalan menuju pintu kelas. Akhirnya dia pergi juga. Tapi, tunggu dulu…
“Siapa yang kau sebut ‘Alien’ tadi?”
Dia menolehkan kembali kepalanya kearahku saat akan keluar dari ruang kelas.
“Tentu saja Kau, Alien!”
Ada apa dengan otak gadis ini sebenarnya! Kenapa dia menyebutku ‘Alien’ Seperti itu?! Aku tidak terima!
“Dengar Melani Septiani Imani, aku punya nama, namaku Yoga, jadi sebut aku dengan Yoga saja!”
Dia menaikan sebelah alisnya kebingungan dan berkata.
“Tapi aku lebih suka dengan Alien, karena lebih mudah diucapkan dan lebih cocok denganmu.”
Heeh… Dia mengajakku perang ya…
“Dengar ya, Melani. Namaku itu Yoga, jadi kau harus memanggilku dengan Yo—AARRGGGHH! MELA, JANGAN MENCEKIKKU DARI BELAKANG!!”
“Dengar, Alien! Mulai saat ini namamu adalah Alien, jangan membantahnya oke!”
“Mana mungkin aku maUUUGGHH…!!!”
“HAAH… AKU TIDAK DAPAT MENDENGARNYA, ALIEN!!?”
Sial! Dia mencekikku lebih kuat dari sebelumnya, apa dia benar-benar seorang Perempuan?!
“Jadi, bagaimana, Alien?”
“A-AKU SETUJU! AKU TDAK KUAT MERASAKAN DADAMU YANG MENEMPEL DIPUNGGUNGKU!”
“?!!”
<skip>
Dia akhirnya melepaskanku.
“Sial! Aku kira aku akan mati tadi!”
“Ka-kalau begitu mulai saat ini namamu Alien, kau mengerti!”
Aku mengabaikannya yang berjalan pergi keluar kelas dengan cepat dan hanya terdiam mengumpulkan lifepoints-ku kembali.
Melani.... Aku baru tahu ternyata Kamu itu gadis yang imut dan baik hati, Aku berharap bisa berteman denganmu. Tapi, tentu saja aku hanya bercanda! Manamungkin aku mau berteman dengan gadis Barbarian seperti dia, benar ‘kan?
Heh, sepertinya hidupku semakin bermasalah setelah bertemu dengan para gadis dikelasku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar