Rabu, 18 Juni 2014

Bab 3 - Gingin?


Pertanyaan Maria:
Sepulang dari kontes Cosplay, apa yang harus aku lakukan ya-nyan?

Yoga   : Pulang.
Maria   : Gak asik-nyan!

Santi    : Cari, Om-Om!
Maria   : Apa maksudmu!?

Maya   : Apa kau tersesat, Maria? Baguslah kalau begitu…
Maria   : Kenapa kau bertanya balik, Maya!!?

Sore hari, setelah semua selesai, aku merasa badanku seperti sekarat. Si Santi itu memberikanku banyak sekali ramuan aneh hingga perutku terasa penuh.
“Sial….. ini lebih buruk dibanding dengan masa depanku yang suram….”
Aku berjalan dengan lemas menuju ke loker milik-ku. Aku membuka loker dan mengambil sepatuku, saat kulihat di sudut lokerku ada sebuah surat berwarna pink.
Aku mengambilnya.
“Ti-tidak mungkin! I-ini terlihat seperti surat cinta…”
Tapi kalau ada surat cinta, berarti ada seseorang yang suka dengan ku! Tidak, tidak, tidak! Manamungkin ada yang suka dengan anak madesu sepertiku, atau ini hanya ulah jahil seseorang?
Karena penasaran aku langsung membuka surat itu dan membacanya.
[Dear Yoga, Maaf bila surat ku ini mengganggumu. Tapi ini berhubungan dengan hidup dan matiku, jadi maklumilah. Aku menunggumu sepulang sekolah di taman dekat sekolah...]
“I-ini beneran surat cinta!”
Aku kembali melanjut mebaca surat itu untuk mengetahui siapa yang mengirim surat ini.
[…Kalau kau tidak datang, maka kau harus siap kehilangan Ria. ~G~]
"Apa-apaan ini? Ini bukan surat cinta! Ini terlihat seperti surat ancaman!" 
Tapi siapa itu G? Dan kenapa Ria juga terlibat?
Sepertinya aku harus melihat sendiri apa yang diinginkan oleh Si "G" ini.
Tapi haruskah aku kesana?
~*~*~

Sesampainya di taman.
Aku tak mengerti kenapa aku mau pergi ke Taman ini, tapi kalau aku tidak kesini maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada calon Istri Mandiri-ku, Ria. Ya, sebenarnya sih aku hanya kurang kerjaan saja, jadi aku pergi kesini.
Aku memandang kepenjuru taman mencari keberadaan Si "G" itu. Tapi aku belum menemukannya. Sebenar apa dia serius menantangku?
"Kamu terlambat!"
Aku membalikan badan melihat ada seorang pria mengenakan seragam sekolah yang sama denganku. Dia memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dan wajahnya terlihat seperti wanita. Apa dia yang menantangku itu, tapi dia tidak terlihat sekuat yang ku kira. Oh, iya, aku ingat, dia orang yang tadi pagi menatapku digerbang.
Perlahan aku mulai menyipitkan mataku dan mulai bertanya dengan nada yang berat.
"Apa kau yang mengirimiku surat ini?"
Aku menunjukan surat yang kutemukan tadi padanya.
"Ya, Benar!"
"Oh, begitu rupanya, tapi maaf sebelumnya…. Ternyata kau memiliki selera yang buruk juga ya."
"Ma-maksudmu?"
"Ya maksudku, kau memberikan surat ini dengan cara yang aneh. Caramu memberikan surat ini seperti memberikan surat cinta. Apalagi warnanya yang berwarna pink, membuatku sejenak berpikir bahwa ini adalah surat cinta tapi ternyata aku salah."
"Me-memangnya kenapa? Surat-surat-ku ini, yang mengirim aku ini! Kenapa kamu yang sibuk!?" Dia marah!
“Fuu…” Aku mengabaikannya.
"Su-sudahlah, ayo ikut aku!"
Aku mengikutinya kedalam semak-semak yang ada di taman. Tunggu, kenapa harus disemak-semak!?
<skip>
Aku sekarang sedang berhadap-hadapaan dengan Pria yang berinisial G ini. Wajahnya yang manis menjijikan itu terlihat jelas olehku. Rambut gaya shaggy-nya terlihat kurang trendy, tapi itu cocok untuknya. Matanya yang bulat manis menatapku tajam seperti siap membunuhku. Benar-benar menjijikan, bahkan dia bisa terlihat keren dengan gaya seperti itu.
"Jadi apa yang Kau inginkan?"
Aku bertanya padanya.
"Yang kuinginkan hanya satu. Tolong jauhi Ria!" Dia berkata dengan nada tegas. “–tadi pagi, Kamu pergi kesekolah bersama dengan-nya ‘kan?”
"Hmm…… memang benar, tapi kenapa aku harus menjauhinya?"
"Pokoknya jauhi Dia!"
Dia membentak!
"Aku sudah kenal dia dari tahun petama, jadi aku tau teman macam apa yang dia inginkan!"
Dia berkata sambil menyilangkan tangannya didadanya.
“Pastinya bukan orang sepertimu, ‘kan?”
“Berisik! Tidak ada yang meminta pendapatmu!”
“Aku tidak memberikaan pendapat. Aku hanya bertaya, memang salah kalau aku bertanya?”
“Dasar, Kamu ini…”
“Apa? Kau mau berkata kalau aku ini tidak baik untuk Ria?”
Dia hanya menggertakan giginya tanda marah. Sepertinya kata-kataku yang terakhir membuatnya membisu.
Melihat itu aku lalu menghela nafas sejenak lalu berkata dengan tenang.
"Sebenarnya aku tidak mendekatinya seperti yang kau kira, malah Dia sendiri yang mendekatiku."
Wajahnya tampak terkejut setelah aku berkata seperti itu. Mungkin aku terlalu kejam padanya, karena wajahnya tampak sangat terkejut sekali, tapi memang seperti itulah kenyataanya.
"Kau jangan berbohong padaku!"
"Buat apa aku berbohong padamu, memang benar Dia yang mendekatiku."
Mukanya jadi makin pucat setelah aku berkata tadi. Sial, ini sangat menyenangkan!
"Sialan Kamu..!! Apa boleh buat, aku harus memberimu pelajaran!"
Dia berlari memburu kearahku dan bersiap untuk memukulku.
Tapi kejadian selanjutnya diluar dugaan.
“WUAAA…!!!”
Tiba-tiba saja ia terpeleset karena tanah yang becek. Dia menabrak tubuhku dengan sangat keras hingga membuat kami terjatuh bersamaan.
Bruuuk!!!!
Suara jatuh kami terdengar cukup keras tapi bukan itu yang kumasalahkan. Yang kumasalahkan adalah, kenapa orang ini menindih tubuhku?!
“Uhh….”
Dia meringis kesakitan dengan nada yang imut dan lalu mata kami pun saling bertemu. Dia memiliki mata yang indah! Eeh...? Tunggu, dia kan laki-laki! Kenapa aku memikirkan hal semacam itu padanya! Apa hidupku sesuram ini sampai-sampai bisa menyukai sesama lelaki seperti ini!!!?
"Ah, sepertinya suaranya berasal dari sini tadi!"
Terdengar suara suara seorang wanita dari arah semak-semak didekat kami. Gawat! Kalau dia melihat kami sedang seperti ini maka.... Ah!! Aku tidak bisa membayangkan-nya! Aku harus segera menyingkirkan pria dihadapanku ini! Tapi saat kulihat, ternyata wajah menjadi melembut dan seperti sedang teransang. Ah... Tolong hentikan itu!
Aku terlambat! Wanita itu sudah berada tepat di samping kami. Saat aku melihatnya ternyata itu adalah…
“Chyntia!”
"K-ka-kamu..."
Gawat dia ketakutan, aku harus segera menjelaskan kesalah pahaman ini padanya!
"Chyntia, sebenarnya i-i-ini tidak seperti yang kau pikirkan!"
Saat-ku berkata seperti itu wajahnya tampak sangat ketakutan. Sepertinya dia sudah terlanjur salah tanggap tentang keadaan saat ini.
Sambil gemetar Chyntia menunjuk kearahku dan berkata.
"Ma-ma-ma-M*HO!!!"
Apa dia bilang "M*HO"?! Manamungkin aku seperti itu!
Chyntia yang ketakutan lalu berlari.
"Chyntia~"
Aku memanggil namaya, tapi pasti tidak akan mendengarkanya. Sekejap kulihat tangan Chyntia menarik tangan seseorang untuk berlari bersamanya. Ternyata seseorang yang dia tarik itu adalah Keisha. Keisha yang tak mengerti apa-apa hanya bisa mengikutinya sambil dengan muka yang mengantuk. Mereka pun pergi dan meninggalkanku bersama pria ini berdua.
"Masa mudaku hancur sudah......"
Tunggu, sekarang bukan saatnya untuk mengeluh! Yang harus kulakukan saat ini adalah menyingkirkan pria ini dari atasku. Dengan cepat aku mendorongnya hingga dia terlempar ke belakang.
"Ahh~"
Ia memekik kesakitan saat pantatnya menyentuh tanah, tapi pekikkanya tadi terdengar seperti lenguhan, sial!
Aku pun berdiri dan membersihkan seragamku dari debu. Aku perlahan menatap kearah pria tadi, dia sekarang sedang terduduk diatas lututnya sambil tanganya meremas celana seragamnya.
"Hah.... Hei, sebenarnya siapa kau ini?"
Aku mulai bertanya padanya. Dia lalu membalasnya dengan tangan kanan-nya sekarang menyentuh dadanya.
“Namaku, Gingin….”
Namanya Gingin ternyata, nama yang sangat jarang.
"Baiklah Gingin, sebenarnya aku ini—"
"Kenapa?"
"Eh...?"
Dia memotong Kata-kataku!
Ada apa ini? Kenapa dadaku berdegup kencang seperti ini?”
“Eh….? Maksudmu?”
“Aku juga tidak tahu! Tapi, perasaan ini terasa nyaman…” Dia berkata sambil menutup kedua matanya.
Oi, oi, ada apa ini?
“Rasanya mukaku jadi panas seperti ini?”
Benar saja, wajahnya memerah!
“Apa ini rasanya bila bersentuhan dengan laki-laki?”
“Eh, maksudmu apa Gingin?” sambil memiringkan kepala.
“Aku juga tak mengerti! Tapi kenapa aku jadi teringat wajahmu terus…?”
“Eh? Eeeeeee……..!!?”
A-apa yang dia maksudnya dengan teringat wajahku? Aku juga tidak mengerti sama sekali?!!
“Yoga apa Kamu tahu apa artinya itu?” Dia bertanya padaku sambil menatapku dengan wajah memelas. Siaaaaalll!!!!! Dia terlihat imuuutt!!!
“Ya… aku juga tidak tahu, tapi….”
Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Gingin dengan cepat memotong perkataanku.
“Aku mengerti!” Dia perlahan berdiri dan lalu mendekat kearahku."Sepertinya aku tahu kenapa Ria sangat tertarik padamu….."
"Eh?"
"Maksudku, sepertinya aku juga mulai menyukaimu~"
Dia berkata seperti itu sambil meletakan jari telunjuknya didadaku. Tunggu dulu apa-apaan itu!!
Aku hanya bisa ternganga merespon ucapannya tadi.
"Ah, keceplosan! Maaf aku harus pergi dulu, sampai jumpa dikelas, Yoga!"
Dia berlari meninggalkanku yang masih tak percaya dengan yang kualami. Jujur aku benar-benar bingung harus berbuat apa saat ini, tapi baru saja ada seorang pria yang bilang suka padaku. Aku rasanya ingin mati saja…….!
"Cut!"
EH?! Apa itu? Aku melihat kearah asal suara. Ternyata suara itu berasal dari seorang Gadis yang mengenakan mantel panjang dan masker diwajahnya. Jangan-jangan Dia!
"M-MBAK ROBEK!!!" Ya, dia terlihat seperti hantu Kuchisake Onna! SIAPA SAJA TOLONG AKUU!!!
"Jangan mengagetkanku-nyan!"
Dia menabrakan pinggulnya ke pinggulku, membuat aku yang tidak siap terjelembab ketanah.
"Kau ini kenapa-nyan? ini aku Maria, bukan Mbak Robek apalah itu!"
Aku mencoba untuk berdiri dan melihat lebih teliti siapa gadis itu. Setelah kuperhatikan, ternyata benar itu adalah Maria. Kuncir dua itu sangat mencolok sekali. Syukurlah.....
"Ternyata Kau, apa yang kau lakukan disini? Bukanya kamu ijin hari ini?"
"Ya, aku sebenar sudah selesai dengan lomba cosplay-ku dan aku sedang dalam perjalanan pulang-nyan."
"Oh, seperti itu rupanya."
"Ya… dan sepertinya saat aku pulang, aku menemukan hal yang sangat menarik-nyan."
Dia menunjukan sebuah handycam padaku.
"Apa itu?"
"Handycam-nyan."
"Bukan, maksudku kenapa kau menunjukannya padaku?"
Dia berdehem sebentar lalu berkata dengan santai.
"Sebenarnya dalam handycam ini terdapat dua orang H*mo sedang saling menyatakan cinta."
Tunggu dulu…
"……..KAU MEREKAMNYA!!?"
"Jangan mengagetkanku-nyan!"
Dia kembali menabrakan pinggulnya pada pinggulku sehingga aku kembali terjatuh. Tapi tak lama kemudian aku kembali berdiri dan mencoba mengambil Handycam di tanganya. Tapi…
Syuut!
Tiba-tiba saja dia mengarahkan sebuah gunting didepan wajahku. Oi, hati-hati dengan benda itu!!!
"Maria tolong berikan handycam itu padaku!"
Aku memohon kepadanya saat ini, sedangkan Dia sendiri tampak berpikir sejenak tapi kemudian Dia berkata dengan nada yang berat dan menakutkan.
"Baiklah, tapi ada syaratnya!"
"Apa syaratnya?"
"Syaratnya gampang, kamu hanya perlu menjawab pertanyaanku!"
"Baiklah, sepertinya mudah."
"Kalau begitu aku mulai dengan pertanyaan pertama-nyan.” Dia kembali normal. “Apa aku imut?"
Bagaimana caraku menjawabnya? Aku takut ini cuman tipuan semata, tapi… ini bukan saatnya untuk bimbang! Aku harus menjawab demi masa depanku.
"Ya, kamu adalah mahluk paling manis dan imut yang pernah kukenal."
Semoga saja Kata-kataku dapat meluluhkan hatinya. Walaupun aku juga jijik mengatakanya.
"Meskipun seperti ini?"
Dia mulai membuka masker yang menutupi mulut dan sebagian hidungnya. Saat masker itu sudah terbuka aku dapat melihat mulutnya... Mulutnya... Mulutnya...
"RO-RO-RO-ROBEK!!!"
Pingsan! (-_-')
~*~*~
Keesokan harinya, aku baru sadar bahwa Maria telah menipuku. Yang kemarin kulihat itu hanya make-up saja, bukan sungguhan!
“Sialan, si Pendek itu…! Aku tau sekarang, kenapa Maya tidak menyukai Gadis ponytwintails itu.”
Sebenarnya aku pemberani, tapi kalau tentang dunia gaib aku suka parno sendiri. Kalian sekarang mungkin akan menertawakanku, ‘kan? ‘kan? ‘kaan!?
Aku berjalan dengan cepat menuju kedalam kelasku. Aku membuka pintu kelas itu dengan cepat.
"MARIA!!!"
Aku memanggil nama Maria, tapi ternyata aku malah mendapat tatapan aneh dari teman-teman sekelasku. Ada apa ini, sepertinya semua orang melihatku dengan tatapan aneh.
Aku melihat Mela datang mendekatiku.
"Alien, Kau...."
“Apa?”
Swing... Bang!!!
Sebuah tendangan telak melayang kearahku!
"Hey Kau, Alien H*mo! Apa benar apa yang dikatakan oleh Chyntia bahwa kau sedang begituan dengan seorang laki-laki!?"
Mungkin yang dia maksud kejadian saat Chyntia memergoki-ku yang sedang ditindih oleh Gingin.
"Tidak, tidak, tidak itu cuman salah paham! Aku berani bersumpah!"
"Jangan mengelak, Alien..!!"
Dia siap melayangkan tinjunya padaku yang sudah pasrah, tapi kemudian...
"Yoga..."
Sebuah suara terdengar dari arah pintu ruang kelasku.
Saat kulihat ternyata disana berdiri seorang gadis cantik berambut hitam panjang sedang tersenyum padaku. Siapa itu? Aku tidak mengenalnya sama sekali! Apa dia salah seorang dari teman sekelasku, tapi aku rasa aku tidak pernah melihatnya.
"Alien, siapa itu?"
"Aku juga tak tahu."
Mela mulai melepaskan gengamannya pada kerahku. Gadis tadi berjalan kearahku. Tunggu, apa ini mimpi? Ada seorang Gadis cantik mendekat kearahku! Setelah agak dekat diapun lalu berkata.
"Yoga, maafkan untuk yang kemarin sepertinya aku terlalu berlebihan. T-tapi kalau yang terakhir itu aku bersungguh-sungguh."
Dia menekan telunjuknya pada dadaku. Haah! Aku tahu momen ini apa jangan jangan dia... Ah, tidak mungkin dia ‘kan laki-laki. Tapi setelah ku perhatikan muka gadis ini hampir mirip denganya. Apa jangan-jangan....
"Sebenarnya Kamu siapa? Sepertinya aku mengenalmu tapi aku tidak yakin."
Aku mencoba bertanya untuk meyakinkannya.
"OH... Benar juga! Kemarin aku lupa memberitahukan-nya padamu. Nama panjangku adalah Gina Maharani, kau bisa memanggilku Gingin."
Apa Dia benar-benar Gingin?
“B-bukanya kau itu laki-laki?
“Hmm……?” Dia memiringkan kepalanya dengan ekspresi imut. “apa aku  pernah berkata kalau aku ini laki-laki?”
Memang tidak sih, tapi aku kira dia itu laki-laki tapi ternyata dia itu perempuan! Pantas saja dari kemarin aku merasa suara dan cara bicaranya seperti perempuan.
"Oh... ya, aku juga berterima kasih padamu tentang yang di semak-semak kemarin, rasanya aku sudah terisi penuh. Lain kali kita lakukan lagi!"
"Ya, baiklah." Tersenyum…
Eh, sepertinya aku tersadar sesuatu…
“Gawat!!!” Aku perlahan memandang kearah Mela. Ternyata dia juga sedang memandang kearahku dengan tatapan membunuh.
Peace…”
"Alien, Sebenarnya apa yang kau lakukan disemak-semak, huh?"
"Eh, sebenarnya ini tidak seperti yang Kau pikir, Me—UAAAHHH!!!"
"DASAR ALIEN Ho** MESUM!!!"
Bang!!

Akhirnya aku mendapat sebuah tanda pukulan dipipiku yang tak hilang sampai aku pulang dari sekolah. Tapi yang lebih sakit adalah nama panggilanku yang baru yaitu "Alien Ho** mesum". Tapi ya sudahlah, yang terjadi sudahlah terjadi. Aku berharap hari esok Akan lebih baik dari hari ini. Walaupun aku tahu, masa depanku sudah suram dari saat aku lahir dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar