Pertanyaan
Maria:
Sepulang
dari kontes Cosplay, apa yang harus aku lakukan ya-nyan?
Yoga : Pulang.
Maria : Gak asik-nyan!
Santi : Cari, Om-Om!
Maria : Apa maksudmu!?
Maya : Apa kau tersesat, Maria? Baguslah kalau
begitu…
Maria : Kenapa kau bertanya balik, Maya!!?
Sore hari, setelah semua selesai, aku merasa
badanku seperti sekarat. Si Santi itu memberikanku banyak sekali ramuan aneh
hingga perutku terasa penuh.
“Sial….. ini lebih buruk dibanding dengan masa
depanku yang suram….”
Aku berjalan dengan lemas menuju ke loker
milik-ku. Aku membuka loker dan mengambil sepatuku, saat kulihat di sudut
lokerku ada sebuah surat
berwarna pink.
Aku mengambilnya.
“Ti-tidak mungkin! I-ini terlihat seperti surat cinta…”
Tapi kalau ada surat cinta, berarti ada seseorang yang suka
dengan ku! Tidak, tidak, tidak! Manamungkin ada yang suka dengan anak madesu
sepertiku, atau ini hanya ulah jahil seseorang?
Karena penasaran aku langsung membuka surat itu dan membacanya.
[Dear Yoga, Maaf bila surat ku ini mengganggumu. Tapi ini
berhubungan dengan hidup dan matiku, jadi maklumilah. Aku menunggumu sepulang
sekolah di taman dekat sekolah...]
“I-ini beneran surat cinta!”
Aku kembali melanjut mebaca surat
itu untuk mengetahui siapa yang mengirim surat
ini.
[…Kalau kau tidak datang, maka kau harus siap
kehilangan Ria. ~G~]
"Apa-apaan ini? Ini bukan surat cinta! Ini terlihat seperti surat ancaman!"
Tapi siapa
itu G? Dan kenapa Ria juga terlibat?
Sepertinya aku harus melihat sendiri apa yang
diinginkan oleh Si "G" ini.
Tapi haruskah aku kesana?
~*~*~
Aku tak mengerti kenapa aku mau pergi ke Taman
ini, tapi kalau aku tidak kesini maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada
calon Istri Mandiri-ku, Ria. Ya, sebenarnya sih aku hanya kurang kerjaan saja,
jadi aku pergi kesini.
Aku memandang kepenjuru taman mencari
keberadaan Si "G" itu. Tapi aku belum menemukannya. Sebenar apa dia
serius menantangku?
"Kamu terlambat!"
Aku membalikan badan melihat ada seorang pria
mengenakan seragam sekolah yang sama denganku. Dia memiliki tubuh yang tidak
terlalu tinggi dan wajahnya terlihat seperti wanita. Apa dia yang menantangku
itu, tapi dia tidak terlihat sekuat yang ku kira. Oh, iya, aku ingat, dia orang
yang tadi pagi menatapku digerbang.
Perlahan aku mulai menyipitkan mataku dan mulai
bertanya dengan nada yang berat.
"Apa kau yang mengirimiku surat ini?"
Aku menunjukan surat yang kutemukan tadi padanya.
"Ya, Benar!"
"Oh, begitu rupanya, tapi maaf sebelumnya….
Ternyata kau memiliki selera yang buruk juga ya."
"Ma-maksudmu?"
"Ya maksudku, kau memberikan surat ini dengan cara yang
aneh. Caramu memberikan surat ini seperti
memberikan surat
cinta. Apalagi warnanya yang berwarna pink, membuatku sejenak berpikir bahwa
ini adalah surat
cinta tapi ternyata aku salah."
"Me-memangnya kenapa? Surat-surat-ku ini,
yang mengirim aku ini! Kenapa kamu yang sibuk!?" Dia marah!
“Fuu…” Aku mengabaikannya.
"Su-sudahlah, ayo ikut aku!"
Aku mengikutinya kedalam semak-semak yang ada di
taman. Tunggu, kenapa harus disemak-semak!?
<skip>
Aku sekarang sedang berhadap-hadapaan dengan
Pria yang berinisial G ini. Wajahnya yang manis menjijikan itu terlihat jelas
olehku. Rambut gaya
shaggy-nya terlihat kurang trendy, tapi
itu cocok untuknya. Matanya yang bulat manis menatapku tajam seperti siap
membunuhku. Benar-benar menjijikan, bahkan dia bisa terlihat keren dengan gaya seperti itu.
"Jadi apa yang Kau inginkan?"
Aku bertanya padanya.
"Yang kuinginkan hanya satu. Tolong jauhi
Ria!" Dia berkata dengan nada tegas. “–tadi pagi, Kamu pergi kesekolah
bersama dengan-nya ‘kan ?”
"Hmm…… memang benar, tapi kenapa aku harus
menjauhinya?"
"Pokoknya jauhi Dia!"
Dia membentak!
"Aku sudah kenal dia dari tahun petama,
jadi aku tau teman macam apa yang dia inginkan!"
Dia berkata sambil menyilangkan tangannya
didadanya.
“Pastinya bukan orang sepertimu, ‘kan ?”
“Berisik! Tidak ada yang meminta pendapatmu!”
“Aku tidak memberikaan pendapat. Aku hanya
bertaya, memang salah kalau aku bertanya?”
“Dasar, Kamu ini…”
“Apa? Kau mau berkata kalau aku ini tidak baik
untuk Ria?”
Dia hanya menggertakan giginya tanda marah.
Sepertinya kata-kataku yang terakhir membuatnya membisu.
Melihat itu aku lalu menghela nafas sejenak
lalu berkata dengan tenang.
"Sebenarnya aku tidak mendekatinya seperti
yang kau kira, malah Dia sendiri yang mendekatiku."
Wajahnya tampak terkejut setelah aku berkata
seperti itu. Mungkin aku terlalu kejam padanya, karena wajahnya tampak sangat terkejut
sekali, tapi memang seperti itulah kenyataanya.
"Kau jangan berbohong padaku!"
"Buat apa aku berbohong padamu, memang
benar Dia yang mendekatiku."
Mukanya jadi makin pucat setelah aku berkata
tadi. Sial, ini sangat menyenangkan!
"Sialan Kamu..!! Apa boleh buat, aku harus
memberimu pelajaran!"
Dia berlari memburu kearahku dan bersiap untuk
memukulku.
Tapi kejadian selanjutnya diluar dugaan.
“WUAAA…!!!”
Tiba-tiba saja ia terpeleset karena tanah yang
becek. Dia menabrak tubuhku dengan sangat keras hingga membuat kami terjatuh
bersamaan.
Bruuuk!!!!
Suara jatuh kami terdengar cukup keras tapi
bukan itu yang kumasalahkan. Yang kumasalahkan adalah, kenapa orang ini
menindih tubuhku?!
“Uhh….”
Dia meringis kesakitan dengan nada yang imut
dan lalu mata kami pun saling bertemu. Dia
memiliki mata yang indah! Eeh...? Tunggu, dia kan laki-laki! Kenapa aku memikirkan hal
semacam itu padanya! Apa hidupku sesuram ini sampai-sampai bisa menyukai sesama
lelaki seperti ini!!!?
"Ah, sepertinya suaranya berasal dari sini
tadi!"
Terdengar suara suara seorang wanita dari arah
semak-semak didekat kami. Gawat! Kalau dia melihat kami sedang seperti ini
maka.... Ah!! Aku tidak bisa membayangkan-nya! Aku harus segera menyingkirkan
pria dihadapanku ini! Tapi saat kulihat, ternyata wajah menjadi melembut dan
seperti sedang teransang. Ah... Tolong hentikan itu!
Aku terlambat! Wanita itu sudah berada tepat di
samping kami. Saat aku melihatnya ternyata itu adalah…
“Chyntia!”
"K-ka-kamu..."
Gawat dia ketakutan, aku harus segera
menjelaskan kesalah pahaman ini padanya!
"Chyntia, sebenarnya i-i-ini tidak seperti
yang kau pikirkan!"
Saat-ku berkata seperti itu wajahnya tampak
sangat ketakutan. Sepertinya dia sudah terlanjur salah tanggap tentang keadaan
saat ini.
Sambil gemetar Chyntia menunjuk kearahku dan
berkata.
"Ma-ma-ma-M*HO!!!"
Apa dia bilang "M*HO"?! Manamungkin aku
seperti itu!
Chyntia yang ketakutan lalu berlari.
"Chyntia~"
Aku memanggil namaya, tapi pasti tidak akan
mendengarkanya. Sekejap kulihat tangan Chyntia menarik tangan seseorang untuk
berlari bersamanya. Ternyata seseorang yang dia tarik itu adalah Keisha. Keisha
yang tak mengerti apa-apa hanya bisa mengikutinya sambil dengan muka yang
mengantuk. Mereka pun pergi dan meninggalkanku bersama pria ini berdua.
"Masa mudaku hancur sudah......"
Tunggu, sekarang bukan saatnya untuk mengeluh!
Yang harus kulakukan saat ini adalah menyingkirkan pria ini dari atasku. Dengan
cepat aku mendorongnya hingga dia terlempar ke belakang.
"Ahh~"
Ia memekik kesakitan saat pantatnya menyentuh
tanah, tapi pekikkanya tadi terdengar seperti lenguhan, sial!
Aku pun berdiri dan membersihkan seragamku dari
debu. Aku perlahan menatap kearah pria tadi, dia sekarang sedang terduduk
diatas lututnya sambil tanganya meremas celana seragamnya.
"Hah.... Hei, sebenarnya siapa kau
ini?"
Aku mulai bertanya padanya. Dia lalu
membalasnya dengan tangan kanan-nya sekarang menyentuh dadanya.
“Namaku, Gingin….”
Namanya Gingin ternyata, nama yang sangat
jarang.
"Baiklah Gingin, sebenarnya aku ini—"
"Kenapa?"
"Eh...?"
Dia memotong Kata-kataku!
“Ada
apa ini? Kenapa dadaku berdegup kencang seperti ini?”
“Eh….? Maksudmu?”
“Aku juga tidak tahu! Tapi, perasaan ini terasa
nyaman…” Dia berkata sambil menutup kedua matanya.
Oi, oi, ada apa ini?
“Rasanya mukaku jadi panas seperti ini?”
Benar saja, wajahnya memerah!
“Apa ini rasanya bila bersentuhan dengan
laki-laki?”
“Eh, maksudmu apa Gingin?” sambil memiringkan
kepala.
“Aku juga tak mengerti! Tapi kenapa aku jadi
teringat wajahmu terus…?”
“Eh? Eeeeeee……..!!?”
A-apa yang dia maksudnya dengan teringat
wajahku? Aku juga tidak mengerti sama sekali?!!
“Yoga apa Kamu tahu apa artinya itu?” Dia
bertanya padaku sambil menatapku dengan wajah memelas. Siaaaaalll!!!!! Dia
terlihat imuuutt!!!
“Ya… aku juga tidak tahu, tapi….”
Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku,
Gingin dengan cepat memotong perkataanku.
“Aku mengerti!” Dia perlahan berdiri dan lalu
mendekat kearahku."Sepertinya aku tahu kenapa Ria sangat tertarik padamu….."
"Eh?"
"Maksudku, sepertinya aku juga mulai
menyukaimu~"
Dia berkata seperti itu sambil meletakan jari
telunjuknya didadaku. Tunggu dulu apa-apaan itu!!
Aku hanya bisa ternganga merespon ucapannya
tadi.
"Ah, keceplosan! Maaf aku harus pergi
dulu, sampai jumpa dikelas, Yoga!"
Dia berlari meninggalkanku yang masih tak percaya
dengan yang kualami. Jujur aku benar-benar bingung harus berbuat apa saat ini,
tapi baru saja ada seorang pria yang bilang suka padaku. Aku rasanya ingin mati
saja…….!
"Cut!"
EH?! Apa itu? Aku melihat kearah asal suara.
Ternyata suara itu berasal dari seorang Gadis yang mengenakan mantel panjang
dan masker diwajahnya. Jangan-jangan Dia!
"M-MBAK ROBEK!!!" Ya, dia terlihat seperti hantu Kuchisake Onna! SIAPA SAJA TOLONG AKUU!!!
"Jangan mengagetkanku-nyan!"
Dia menabrakan pinggulnya ke pinggulku, membuat
aku yang tidak siap terjelembab ketanah.
"Kau ini kenapa-nyan? ini aku Maria, bukan
Mbak Robek apalah itu!"
Aku mencoba untuk berdiri dan melihat lebih
teliti siapa gadis itu. Setelah kuperhatikan, ternyata benar itu adalah Maria.
Kuncir dua itu sangat mencolok sekali. Syukurlah.....
"Ternyata Kau, apa yang kau lakukan
disini? Bukanya kamu ijin hari ini?"
"Ya, aku sebenar sudah selesai dengan
lomba cosplay-ku dan aku sedang dalam
perjalanan pulang-nyan."
"Oh, seperti itu rupanya."
"Ya… dan sepertinya saat aku pulang, aku
menemukan hal yang sangat menarik-nyan."
Dia menunjukan sebuah handycam padaku.
"Apa itu?"
"Handycam-nyan."
"Bukan, maksudku kenapa kau menunjukannya
padaku?"
Dia berdehem sebentar lalu berkata dengan
santai.
"Sebenarnya dalam handycam ini terdapat
dua orang H*mo sedang saling menyatakan cinta."
Tunggu dulu…
"……..KAU MEREKAMNYA!!?"
"Jangan mengagetkanku-nyan!"
Dia kembali menabrakan pinggulnya pada
pinggulku sehingga aku kembali terjatuh. Tapi tak lama kemudian aku kembali
berdiri dan mencoba mengambil Handycam di tanganya. Tapi…
Syuut!
Tiba-tiba saja dia mengarahkan sebuah gunting
didepan wajahku. Oi, hati-hati dengan benda itu!!!
"Maria tolong berikan handycam itu
padaku!"
Aku memohon kepadanya saat ini, sedangkan Dia sendiri
tampak berpikir sejenak tapi kemudian Dia berkata dengan nada yang berat dan
menakutkan.
"Baiklah, tapi ada syaratnya!"
"Apa syaratnya?"
"Syaratnya gampang, kamu hanya perlu
menjawab pertanyaanku!"
"Baiklah, sepertinya mudah."
"Kalau begitu aku mulai dengan pertanyaan
pertama-nyan.” Dia kembali normal. “Apa aku imut?"
Bagaimana caraku menjawabnya? Aku takut ini
cuman tipuan semata, tapi… ini bukan saatnya untuk bimbang! Aku harus menjawab
demi masa depanku.
"Ya, kamu adalah mahluk paling manis dan
imut yang pernah kukenal."
Semoga saja Kata-kataku dapat meluluhkan
hatinya. Walaupun aku juga jijik mengatakanya.
"Meskipun seperti ini?"
Dia mulai membuka masker yang menutupi mulut
dan sebagian hidungnya. Saat masker itu sudah terbuka aku dapat melihat
mulutnya... Mulutnya... Mulutnya...
"RO-RO-RO-ROBEK!!!"
Pingsan! (-_-')
~*~*~
Keesokan harinya, aku baru sadar bahwa Maria
telah menipuku. Yang kemarin kulihat itu hanya make-up saja, bukan sungguhan!
“Sialan, si Pendek itu…! Aku tau sekarang,
kenapa Maya tidak menyukai Gadis ponytwintails
itu.”
Sebenarnya aku pemberani, tapi kalau tentang
dunia gaib aku suka parno sendiri. Kalian sekarang mungkin akan menertawakanku, ‘kan ? ‘kan ? ‘kaan!?
Aku berjalan dengan cepat menuju kedalam
kelasku. Aku membuka pintu kelas itu dengan cepat.
"MARIA!!!"
Aku memanggil nama Maria, tapi ternyata aku
malah mendapat tatapan aneh dari teman-teman sekelasku. Ada apa ini, sepertinya semua orang melihatku
dengan tatapan aneh.
Aku melihat Mela datang mendekatiku.
"Alien, Kau...."
“Apa?”
Swing...
Bang!!!
Sebuah tendangan telak melayang kearahku!
"Hey Kau, Alien H*mo! Apa benar apa yang
dikatakan oleh Chyntia bahwa kau sedang begituan dengan seorang laki-laki!?"
Mungkin yang dia maksud kejadian saat Chyntia
memergoki-ku yang sedang ditindih oleh Gingin.
"Tidak, tidak, tidak itu cuman salah
paham! Aku berani bersumpah!"
"Jangan mengelak, Alien..!!"
Dia siap melayangkan tinjunya padaku yang sudah
pasrah, tapi kemudian...
"Yoga..."
Sebuah suara terdengar dari arah pintu ruang
kelasku.
Saat kulihat ternyata disana berdiri seorang
gadis cantik berambut hitam panjang sedang tersenyum padaku. Siapa itu? Aku
tidak mengenalnya sama sekali! Apa dia salah seorang dari teman sekelasku, tapi
aku rasa aku tidak pernah melihatnya.
"Alien, siapa itu?"
"Aku juga tak tahu."
Mela mulai melepaskan gengamannya pada kerahku.
Gadis tadi berjalan kearahku. Tunggu, apa
ini mimpi? Ada
seorang Gadis cantik mendekat kearahku! Setelah agak dekat diapun lalu
berkata.
"Yoga, maafkan untuk yang kemarin
sepertinya aku terlalu berlebihan. T-tapi kalau yang terakhir itu aku
bersungguh-sungguh."
Dia menekan telunjuknya pada dadaku. Haah! Aku
tahu momen ini apa jangan jangan dia... Ah, tidak mungkin dia ‘kan laki-laki. Tapi
setelah ku perhatikan muka gadis ini hampir mirip denganya. Apa jangan-jangan....
"Sebenarnya Kamu siapa? Sepertinya aku
mengenalmu tapi aku tidak yakin."
Aku mencoba bertanya untuk meyakinkannya.
"OH... Benar juga! Kemarin aku lupa
memberitahukan-nya padamu. Nama panjangku adalah Gina Maharani, kau bisa
memanggilku Gingin."
Apa Dia benar-benar Gingin?
“B-bukanya kau itu laki-laki?
“Hmm……?” Dia memiringkan kepalanya dengan
ekspresi imut. “apa aku pernah berkata
kalau aku ini laki-laki?”
Memang tidak sih, tapi aku kira dia itu
laki-laki tapi ternyata dia itu perempuan! Pantas saja dari kemarin aku merasa
suara dan cara bicaranya seperti perempuan.
"Oh... ya, aku juga berterima kasih padamu
tentang yang di semak-semak kemarin, rasanya aku sudah terisi penuh. Lain kali
kita lakukan lagi!"
"Ya, baiklah." Tersenyum…
Eh, sepertinya aku tersadar sesuatu…
“Gawat!!!” Aku perlahan memandang kearah Mela.
Ternyata dia juga sedang memandang kearahku dengan tatapan membunuh.
“Peace…”
"Alien, Sebenarnya apa yang kau lakukan
disemak-semak, huh?"
"Eh, sebenarnya ini tidak seperti yang Kau
pikir, Me—UAAAHHH!!!"
"DASAR ALIEN Ho** MESUM!!!"
Bang!!
Akhirnya aku mendapat sebuah tanda pukulan dipipiku
yang tak hilang sampai aku pulang dari sekolah. Tapi yang lebih sakit adalah
nama panggilanku yang baru yaitu "Alien Ho** mesum". Tapi ya
sudahlah, yang terjadi sudahlah terjadi. Aku berharap hari esok Akan lebih baik
dari hari ini. Walaupun aku tahu, masa depanku sudah suram dari saat aku lahir
dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar