Senin, 30 Juni 2014

Bab 6 - Karaoke Yang Madesu


[Bagian 1]
Pertanyaan Yoga :
Makanan apa yang harus kubeli yah?

Marina    : Apa saja boleh, yang penting enak dan bergizi.
Yoga      : Bisa lebih spesifik lagi, Marina?

Gina       : Mungkin yang mengandung 5 sehat 4 sempurna.
Yoga      : Gina, apa kau tak salah bicara?

Keisha    : …Nasi.
Yoga      : Aku tahu kalau ada beberapa orang yang menganggap nasi adalah side dish, tapi aku akan terlalu banyak menumpuk karbonhidrat kalau aku hanya makan dengan nasi saja…

Saat diperjalanan pulang, aku sempat membeli makanan bungkus untuk makan malam. Entah kenapa hari ini aku membeli dua bungkus makanan, padahal aku tidak benar-benar lapar. Tak apalah, aku simpan saja buat besok, atau aku berikan saja pada anjing tetangga.
Saat sedang berjalan pulang, aku melihat dari jauh sesosok yang ku kenal. Seorang gadis berambut pendek dengan syal hijau terkalung dilehernya. Itu adalah Mela, dia seperti sedang kebingungan.
Aku lalu mendekatinya…
"Hey, apa yang Kau lakukan disini?"

Rabu, 25 Juni 2014

Bab 5 - Keadaan Keisha


Pertanyaan Rika :
Apa Keisha akan baik-baik saja?

Maya : Tenang saja, Rika. Dia pasti tidak akan apa-apa…
Rika : Baiklah kalau begitu, Maya.

Maria : Tentu saja dia akan baik-baik saja-nyan.
Rika : Y-ya, kalu bilang seperti itu…

Reni : Memang apa yang terjadi dengannya?
Rika : Re-reni, kenapa kamu malah balik bertanya?!


Tak lama setelah mengantar Keisha, aku keluar dari ruang UKS bersama Chyntia. Diluar sudah menunggu beberapa orang; ada Maria, Marina, Maya, Rika dan bahkan Mira. Kenapa Mereka disini, bukanya ini sudah hampir pergantian jam pelajaran selanjutnya?
"Bagaimana keadaannya?"
Yang bertanya pertama itu adalah Mira. Dia bertanya dengan dingin.
"Ah... Dia hanya kelelahan saja. Setelah bangun nanti mungkin dia akan membaik." Kataku sambil tersenyum. Apa yang kulakukan? Bahkan aku sendiri merasa jijik dengan diriku yang saat ini tersenyum.
"Syukurlah..."
Yang berkata seperti itu adalah Rika, Dia berkata sambil menggenggan tangan di dadanya. Sedangkan Mira sendiri, hanya melenggang pergi tanpa mengatakan apapun. Ada apa denganya? Bukanya tadi dia sendiri yang mengkhawatirkan Keisha…
"Hey, apakah Keisha sudah bangun? Aku membawakan coklat untuknya."
"Sayangnya belum, dia masih tertidur."
Marina dan Chyntia sedang mengobrol di sampingku. Hingga…..
Crak…!

Minggu, 22 Juni 2014

Bab 4 - Pemilihan Ketua Kelas 2-D


Pertanyaan Maria :
Apa aku harus mengikuti pemilihan ketua kelas atau tidak-nyan?

Ria       : Itu bagus sekali Maria, lanjutkan!
Maria   : Baiklah kalau begitu, Ria-chu!

Gina    : Wah, mimpi yang bagus, Maria. Andai saja aku punya mimpi sebagus itu.
Maria   : Ginachin, Kau berkata seperti itu seakan kau itu tidak punya mimpi-nyan.

Maya   : Mungkin kau harus sedikit lebih tinggi dulu adik kecil.
Maria   : Sejak kapan Kamu jadi Kakakku-nyang!?

Sudah beberapa hari setelah Gina kembali kesekolah , kini sudah tidak ada lagi rumor aneh tentangku. Keadaan sudah kembali normal seperti semula. Saat ini aku sedang bersama Marina dan Gina memandangi kotak makan Marina. Sebenarnya aku malas juga melihat kotak makanan itu, tapi karena bau dari kotak makanan itu sepertinya enak, jadi aku ikut juga.
"Waah... Mama, sepertinya bekalmu ini sangat enak!"
Yang berkata seperti itu adalah Gina, dia tampak bersemangat melihat kotak bekal milik Marina.
"Benarkah...padahal isinya hanya telur goreng dan ayam goreng saja." Kata Marina.
"Walaupun begitu, bekalmu ini terlihat sangat enak. Siapa yang membuatnya?"
Tanyaku.
"Kebetulan kalau ini, aku sendiri yang membuatnya."
"Ah... Yang benar! Hey, Mama, boleh aku mencicipinya?"
Kata-kata Gina tadi memang terdengar tidak sopan, tapi Marina mengiyakanya.
"Boleh, nih aa..."
Dia menyodorkan sesendok nasi disertai potongan telur dan daging kemulut Gina. Gina dengan antusias melahapnya dan mengunyahnya perlahan. Sejenak ia merasakan makanan itu didalam mulutnya, tapi beberapa saat kemudian.
"Ahh... Mama, ini benar-benar enak!" Sambil mengeluarkan pose yang sangat manis. Ya, memang dia terlihat manis dalam baju seragam perempuan seperti itu. Apalagi saat kutahu ternyata rambutnya panjang, aku makin takjub melihatnya. Tapi walaupun begitu dia juga mempunyai kekurangan, kekurangan itu adalah……

Kamis, 19 Juni 2014

[EXTRA 1]

“Hey, Gi-gina….”
“Ya, Yoga….” Sebuah suara lembut seorang gadis menjawab panggilanku.
Ada sesuatu yang ingin kutanyakan.”
“Oh, baik, tapi sambil duduk aja, gak enak kalau sambil berdiri kaya gitu!”
Dia menyuruhku untuk duduk dibangku yang berada didepan mejanya. Sekarang Kami sedang saling berpandangan satu sama lain.
“Oh, iya Gina….”
“Nn?”
Dia membalas panggilaanku dengan senyuman manisnya. 
“Sebenarnya kau ini Laki-laki atau Perempuan?” Aku menanyakan hal yang tolol!
“Tentu saja aku ini perempuan, memangnya aku terlihat seperti apa?” Dia terlihat marah, tapi marahnya malah terlihat lucu dan imut. Sial……
“Ah, maaf, maaaf….. –terus kenapa kamu kemarin menggunakan baju seragam laki-laki?”
“Oh, itu…” Dia terlihat serius kali ini. “karena sewaktu kenaikan kelas aku sempat bertanya pada Ria tentang ‘Dikelas dua nanti, Kamu ingin mempuyai teman seperti apa?’ dan Ria menjawab. ‘Mungkin Aku akan mulai mencari teman laki-laki, karena Ibuku mulai khawatir tentang nasibku yang sampai saat ini belum juga mendapatkan teman Laki-laki. Padahal diumur-umurku seperti ini, harusnya aku sudah punya teman Laki-laki.’ Begitu katanya.”
Gina, sepertinya kau salah mengartikan kata “Teman Laki-laki”-itu. Mungkin maksud Ibunya Ria mungkin “Pacar”, benar, ‘kan?
“ –dan karena alasan itulah, aku akhirnya berpura-pura menjadi laki-laki agar aku bisa jadi Teman Laki-lakinya Ria.” Dia berkata sambil tersenyum. Gina, sebenarnya apa Kau mengerti apa yang dikatakan oleh Ibunya Ria tadi? Aku ingin sekali berkata seperti itu tapi sepertinya tak mungkin.
“Begitu rupanya….. terus kenapa Kau tidak masuk beberapa hari kemarin?” Aku bertanya.
“Aku sebenarnya ingin masuk, tapi karena waktu itu aku belum siap untuk bertemu dengan Ria dengan keadaan seperti laki-laki, jadi aku hanya bisa Diam diruang tata boga.”
“Oh, Diruang sebelah?”
Dia tersenyum malu. Tapi saat dia malu-malu seperti itu malah terlihat sangat manis…..
“Terima kasih~”
“Eh? untuk apa?”
“Untuk berkata kalau aku itu manis.”
“Eh?! Memang aku mengatakanya tadi?!”
“Tentu saja, jelas sekali terlihat dari mukamu.”
Ehhhh… gawat! Gadis ini sepertinya berbahaya, Dia bisa membaca pikiranku….!
<skip>
“Yoga… Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan juga padamu.”
“Ya, katakan saja.”
“Bila nanti Ria memintamu untuk menjadi teman laki-lakinya....” Dia terlihat murung. “ –Apa Kamu akan menerimanya?”
“Tentu saja!” Aku berkata tanpa rasa bersalah.
“Eh?!” Dia tampak terkejut.
Ada apa, Gina? Tiba-tiba murung seperti itu.”
“Jangan…” Tiba-tiba Dia mendesah seperti itu.
“Jangan, jangan apa?”
“Kamu jangan jadi teman laki-lakinya Ria….. Jadi teman laki-lakiku saja…..”
Dia berkata hampir tak terdengar olehku.
“Gina, Bisa Kau ulangi lagi kata-katamu?”
“Jadilah te-te-te-te… ARRGH…… SUDAH CUKUP!!!”
Tiba-tiba saja Dia menutup mulutku dengan kedua tanganya sambil merancau tak jelas.
“Aku tidak bisa mengatakanya….. tak bisa! Aku terlalu malu… MAAF…..!!”
“Ablu ahu… ablu akhu…! Tjahi lebashan ablu bluhu!!” (Aku tahu… aku tahu…! Tapi lepaskan aku dulu!!)
“YOGA, AKU TIDAK MENGERTI KATA-KATAMUU!!!!”
“BLUUUUGHHHH!!”
Aku terus mencoba melepaskan bekapan tanganya pada mulutku, tapi ternyata tenaganya kuat juga. Tapi akhirnya dia mengerti juga dan melepaskan bekapanya itu. Aku mulai kembali mengatur nafasku.
“Aku pikir aku akan mati tadi…..”
“Yoga, maaf….. Aku ada urusan mendadak jadi aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa nanti!”
Dia lalu meninggalkanku. Tapi sebelum pergi, aku sempat melihat mukanya yang merah padam seperti orang yang sedang merasa malu. Sebenarnya ada apa dengan Gadis itu?
PLAAAKKK!
Tiba-tiba terdengar suara seperti lembaran kertas yang dipukulkan pada sesuatu.
“Sepertinya perasaanku tak enak…”
Aku pun menoleh kearah suara itu berasal dan saat kulihat, ternyata sebuah pemandangan yang tak pernah aku inginkan selama hidupku.
Aku meihat Mela sedang memegang sebuaah buku paket yang ia gulung seperti karaoket.
“Me-mela, apa yang akan Kau lakukan dengan buku itu?”
“Menurutmu apa, huh?”
“Menurutku-----MAAFKAN AKU!!!”
((Pada akhirnya Yoga tidak selamat dari pertempuran 1001 malam itu, dan… tolong lupakan saja perkataaan saya barusan…)) 

Rabu, 18 Juni 2014

Bab 3 - Gingin?


Pertanyaan Maria:
Sepulang dari kontes Cosplay, apa yang harus aku lakukan ya-nyan?

Yoga   : Pulang.
Maria   : Gak asik-nyan!

Santi    : Cari, Om-Om!
Maria   : Apa maksudmu!?

Maya   : Apa kau tersesat, Maria? Baguslah kalau begitu…
Maria   : Kenapa kau bertanya balik, Maya!!?

Sore hari, setelah semua selesai, aku merasa badanku seperti sekarat. Si Santi itu memberikanku banyak sekali ramuan aneh hingga perutku terasa penuh.
“Sial….. ini lebih buruk dibanding dengan masa depanku yang suram….”
Aku berjalan dengan lemas menuju ke loker milik-ku. Aku membuka loker dan mengambil sepatuku, saat kulihat di sudut lokerku ada sebuah surat berwarna pink.
Aku mengambilnya.
“Ti-tidak mungkin! I-ini terlihat seperti surat cinta…”
Tapi kalau ada surat cinta, berarti ada seseorang yang suka dengan ku! Tidak, tidak, tidak! Manamungkin ada yang suka dengan anak madesu sepertiku, atau ini hanya ulah jahil seseorang?
Karena penasaran aku langsung membuka surat itu dan membacanya.
[Dear Yoga, Maaf bila surat ku ini mengganggumu. Tapi ini berhubungan dengan hidup dan matiku, jadi maklumilah. Aku menunggumu sepulang sekolah di taman dekat sekolah...]
“I-ini beneran surat cinta!”
Aku kembali melanjut mebaca surat itu untuk mengetahui siapa yang mengirim surat ini.
[…Kalau kau tidak datang, maka kau harus siap kehilangan Ria. ~G~]
"Apa-apaan ini? Ini bukan surat cinta! Ini terlihat seperti surat ancaman!" 
Tapi siapa itu G? Dan kenapa Ria juga terlibat?
Sepertinya aku harus melihat sendiri apa yang diinginkan oleh Si "G" ini.
Tapi haruskah aku kesana?
~*~*~

Senin, 16 Juni 2014

Bab 2 - Hari yang panjang untuk si Madesu


Pertanyaan Yoga :
Apa yang sebaiknya aku lakukan disekolah hari ini?

Ria          :  Tentu saja belajar…
Yoga      :  Hmm… tidak menyenangkan sama sekali.

Keisha    :  …Tidur.
Yoga      :  Sepertinya  bagus juga saranmu Ke-----Dia tidur?!

Mela       :  Bagaimana kalau Kau kembali saja lagi kerumah?
Yoga      :  Boleh saja, tapi tolong turunkan dulu kepalan tanganmu itu dari mukaku!!

Sudah hampir satu minggu aku berada dikelas dengan para gadis, dan seperti yang bisa kalian bayangkan, aku tidak bisa berteman dengan para gadis disini. Jangankan untuk berteman, untuk mendekati mereka pun sulit. Selama ini yang kulakukan dikelas hanyalah memperhatikan mereka saling bicara satu sama lain.
Mungkin karena kesan pertama yang kuberikan dulu sangat buruk. ‘Seorang mesum yang suka menatap dada para gadis’, mungkin itulah kesan mereka padaku. Tapi tidak begitu yang sebenarnya terjadi! Semua adalah kesalah pahaman yang dibuat oleh Maria pada saat hari pertama kelas dimulai. Dia mengira aku sedang memandangi dada Ria, sedangkan sebenarnya aku hanya ingin melihat tagname yang ada diseragam Ria saja, tidak lebih.
“Ha-ah... aku memang pecundang,” Tapi tak masalah, menurutku lebih baik seperti ini, benar ‘kan?

Kamis, 12 Juni 2014

Bab 1 Hidupku Semakin Bermasalah Setelah Bertemu Para Gadis Dikelasku



Pertanyaan Yoga :
Teman sekelasku semuanya perempuan, bagaimana ini?!

Ria        : Tenanglah, Yoga, semua pasti baik-baik saja!
Yoga     : Kalau Kau yang bilang, pasti tidak akan apa-apa.

Maya    : Kenapa kau tidak melompat dari lantai tiga saja!
Yoga     : AKU MATI! AKU PASTI MATI!!!

Maria    : Pakai baju seragam perempuan saja-nyan!
Yoga     : Iyaan~ kalau begitu aku juga harus memakai rok, YA ‘KAN!?

Hai, semua, pagi ini benar-benar indah bukan? Namaku Yoga Adipati Sanjaya, salam kenal. Hari ini adalah hari pertamaku masuk ditahun kedua disekolahku yang sangat TIDAK MENYENANGKAN SAMA SEKALI!!!
Kenapa juga aku harus senang, disaat hariku sedang buruk saat ini!
Kalau saja aku mempunyai alat yang dapat membawa kita kemasa lalu melalui lorong waktu, aku pasti akan mendoktrin diriku yang dulu agas tidak bersekolah disini. Bagaimana mungkin aku bisa puas bersekolah disini, toh, guru-guru disini tidak perduli dengan keadaan muridnya. Coba kalian bayangkan, mereka memasukanku kedalam kelas yang penuh dengan anak perempuan. Apa apaan itu!!?
Bukanya aku tak mau, tapi satu kelas dengan sekumpulan anak perempuan itu tidak ada asiknya sama sekali! Tidak ada yang bisa aku ajak berkelahi maupun ku jahili… benar benar tidak seru!
Apa lagi perempuan itu berisik! Mereka selalu mengobrol tentang tayangan drama di televisi, mengatakan kata-kata seperti ‘Oh, My Gosh…’ dengan sok imut, atau bahkan saling bertukar tawa dengan nada sangat tinggi seperti kuda. Mereka benar-benar mahluk terendah dalam sejarah!!
((Maaf, itu hanya refleksi dari kehiduan Yoga yang Madesu.))
“BERISIK!!!”