Kamis, 10 Juli 2014

Bab - 9 Bermain Bersama Para Gadis


[Bagian 1]
Pertanyaan Keisha :
Kemana mereka akan membawaku ya?

Ria        : Aku tidak tahu?
Keisha   :  ...Ria, aku tidak mengerti.

Arya      :  Tenang saja, mereka tidak akan melakukan apapun padamu kok!
Keisha   :  ...Sepertinya ada yang tidak beres disini.

Maya     :  Ikut saja dengan mereka agar aku dapat bicara pada ibumu tentang...
Yoga     :  —JANGAN MEMBERITAHUNYA MAYA!!        

Aku menunggu Mela didepan gerbang sekolah. Bukan apa-apa, aku hanya menunggunya yang sedang mengajak Keisha untuk pergi bersama kami. Sebenarnya aku malas untuk melakukan ini, tapi karena aku dipaksa oleh Mela, jadi aku melakukanya. Apalagi Bu Loli berjanji memberikanku nilai yang bagus nanti sewaktu ujian tengah semerter. Setidaknya ini lebih baik dari belajar dirumah seharian, benar ‘kan?
"Oi... Alien..!"
Terdengar suara wanita yang sangat nyaring ditelingaku.
Ya, aku hanya bercanda, karena yang memanggil tadi adalah Si Mela. Dia datang bersama dengan Keisha dan Chyntia dibelakangnya.
"Kenapa lama sekali?" Aku bertanya padanya.
"Hah, lama? Padahal baru beberapa menit yang lalu kamu datangnya, 'kan?" Mela membela diri.
Walaupun baru beberapa menit tapi itu termasuk lama bagiku yang ingin cepat pulang.
"Kenapa Chyntia juga ada ada disini?" Aku menunjuk Kearah Chyntia.
Mela sempat menatap Chyntia sebentar. Lalu kemudian Dia tersenyum lebar sambil berkata. "Oh, tentu saja untuk meramaikan acara ini."
Acara apa maksudmu, bukannya ini hanya untuk mengalihkan perhatian Keisha saja? Heh, aku lupa, Dia ‘kan tidak tahu apa-apa.
"Yoga, sebenarnya Kita mau pergi kemana?" Tanya Chyntia sambil mendekat kearahku.
"Hmm... sebenarnya itu juga yang ingin kutanyakan. Apa Kau punya tempat yang bagus?" Aku bertanya balik sambil tersenyum.
"Kau ini bagaimana, Alien! Bukanya Kau yang mengajak kami....?"
Berisik kau, Mela! Lagi pula tidak ada yang mengajakmu!
“Sudahlah, bagaimana kalau Keisha atau Chyntia saja yang menentukanya?” Usulku.
“Baiklah, kalau begitu kemana kita akan pergi Keisha?” Mela bertanya pada Keisha, tapi Keisha hanya menggelengkan kepalannya dan berkata.
“…Aku kemana saja boleh asal bisa bersama-sama.”
“Haah… kenapa jawabanmu seperti itu Keisha?” Mela terlihat sedih dengan tanggapan Keisha barusan.

“Kalau menurutmu Chyntia kita harus pergi kemana?” Aku bertanya pada Chyntia.
“Eh…, kalau menurutku—karena kita bersama laki-laki jadi… kemana ya…?” Dia juga terlihat bingung. Ternyata benar, memang aku harusnya tidak usah ikut saja.
Chyntia terlihat berpikir beberapa saat, namun tiba-tiba saja dia berkata penuh antusias…
"Bagaimana kalau Kita ke Love Hotel saja?"
“Tidak terima kasih!”
“Ehh??”
“Apa ada tempat lain selain itu Chyntia?”
Aku kembali bertanya pada Chyntia, bagaimanapun Love Hotel bukanlah tempat yang baik untuk pelajar datangi bukan? Lagi pula tidak ada yang seperti itu di-Negara ini. Kalaupun ada FSI sudah heboh duluan, ya ‘kan?
Chyntia terlihat berpikir kembali, semoga ia tidak berkata hal yang aneh lagi.
"Hmm…. Bagaimana kalau kita pergi ke Mall dekat sekolah saja? Aku dan Keisha sering kesana kalau Keisha sedang tidak kerja."
“Usulmu kali ini bisa diterima juga, tapi Mall itu--”
"Baiklah Kita kesana!"
“Jangan memotong kata-kataku, Mela!”
"Baiklah sudah diputuskan, ayo!" Chyntia berkata dengan riang sambil mengangkat tangan kanan-nya.
“Mereka mengabaikanku…”
Ya ampun, kenapa jadi seperti ini? Tapi tak apalah, dari pada Aku harus berdebat dengan mereka, yang ada waktu bersantaiku akan lebih sedikit.
Kami akhirnya memutuskan untuk pergi pergi ketempat yang Chyntia sarankan tadi. Walaupun sebenarnya aku kurang suka ditempat seperti itu. Soalnya terlalu banyak orang, tapi lebih baik dari pada pergi ke-Love Hotel, benar ‘kan?
"Ya, semuanya ayo kita pergi sekarang sebelum matahari mulai terbenam!" Mela berkata dengan percaya diri, lalu setelah itu Dia berpegangan tangan dengan Chyntia dan berjalan pergi. Aku dan Keisha hanya bisa mengikuti mereka dari belakang. Entah kenapa aku melihat sepertinya Keisha sedang murung. Oh, iya..., kali ini juga Keisha mengenakan gaya rambut twintail-nya seperti biasa.
Dan begitulah aku akhirnya ikut pergi juga walaupun terpaksa. Aku rasa ini tidak terlalu buruk, mungkin… ya, mungkin…

[Bagian 2]
Akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Sebuah mall besar yang megah. Seperti yang bisa kuharapkan, ternyata tempat ini penuh jejal oleh manusia. Walaupun hari ini hari senin, tapi tidak menyurutkan minat manusia-manusia busuk itu untuk datang ketempat terkutuk ini.
"Waah.... Hebaaaat... banyak sekali orang disini!"
"Ya, begitulah, namanya juga mall terbesar dikota ini."
"Hmm... Benar juga. Seperti yang bisa diharapkan!"
"Lihat Melani, disana ada kumpulan orang-orang! Sepertinya ada yang menarik, ayo kita lihat!"
Mela dan Chyntia sedang berbicara satu sama lain lalu pergi meninggalkanku dan Keisha. Dasar mereka itu, bisa-bisanya mereka meninggalkan kami dikerumunan seperti ini-, berdua lagi.
"Haah... Apa harus Kita mengejar mereka?" Aku bertanya pada Keisha yang masih dalam mode mengantuk-nya.
"I-Iya, mungkin..." Dia sepertinya dia tampak agak ragu dengan kata katanya sendiri, tapi karena tidak ada pilihan lain, kami pun mengikuti Mela dan Chyntia dari belakang.
<skip>
Aku tidak menyangka kalau tempat ini sangat luas, wajar saja, karena aku tidak pernah dan tidak akan mau pergi ketempat seperti ini. Maksudku, untuk apa aku datang kesini, karena menurutku orang ketempat seperti ini bukan untuk membeli sesuatu, tapi untuk bermain dan bergosip ria saja. Benar-benar menjijikan! Orang-orang seperti itu harusnya mati saja sana!
<skip>
Aku saat ini sedang memperhatikan Ketiga Gadis itu sedang memilih baju. Keisha yang tampak tak perduli, Chyntia yang tengah menjelaskan model-model pakaian, dan Mela yang terlihat bingung mendengarkan penjelasan dari Chyntia. Ha-ah... Sepertinya aku tahu bagaimana rasanya bila seorang laki-laki yang sedang menemani pacarnya, rasanya seperti ingin mati saja, benar ‘kan?
“Yoga, kamu tidak membeli apapun?” Tanya Keisha padaku dengan khawatir.
“Ah, bukannya aku tidak mau, tapi… kebetulan aku tidak ada uang lebih jadi…”
Aku memang miskin!
Aku lihat Keisha tersenyum kearahku. Senyumannya memang manis, tapi… kenapa dia tersenyum padaku.
“Kalau begitu, kamu bisa pinjam uangku dulu. Bagaimana?”
Eh…. ‘Pakai uangku dulu’ katanya? Tapi kalau aku memakai uangnya, berarti sama saja aku meminjam uang keluarga Keisha, ‘kan? –Apa dia bermaksud menghabiskan uangnya?–  Apa tidak apa-apa kalau aku memakai uangnya? Tapi apa yang harus kubeli? Sepertinya memang tidak usah saja, nanti malah merepotkan keluarganya. Bagaimanapun aku tidak boleh berhutang budi pada seorang gadis, kalau aku berhutang budi pada seorang gadis, pasti ujung-ujungnya aku akan tinggal dibawah jembatan, benar ‘kan? Begitulah yang kupelajari dari sebuah anime.
 “…Bagaimana, Yoga?” Keisha kembali menagih jawaban dariku.
Aku lalu menghela nafas dan berkata dengan tenang.
“Heeh… Sepertinya tidak usah saja karena sebenaarnya aku….” Saat aku mencoba mencari ide dengan menoleh kearah lain, aku melihat kesebuah papan iklan di depan sebuah toko permainan. Papan iklan i-itu ber-ber-ber-bertuliskan…..
“KNIGHT AND MAGIC III!!!!!!!” Tanpa sadar aku berteriak melihat papan iklan yang ada didepan toko permainan itu. Apa lagi dibawahnya ada tulisan TERBATAS dengan cetak tebal. Itu adalah nama permainan yang aku ingin beli, karena aku sudah menamatkan semua seri sebelumnya dan aku menanti-nanti game ini untuk waktu yang sangat lama! Sepertinya aku harus membelinya! Ya, aku harus membelinya, tapi… UANGKU KURANG!
Bagaimana ini, padahal aku sangat menginginkan-nya saat ini….
“…Ada apa Yoga?” Dia terlihat khawatir dengan keadaanku saat ini, tapi beberapa saat kemudian ia sepertinya tahu apa yang sedang kulihat dan berkata. “Oh, begitu! Aku mengerti….”
Chasssinnng!!!!
Aku tak tahu harus senang atau sedih, tapi keyataanya Keisha baru saja membelikanku sebuah kaset game “Knight And Magic III” yang sangat kuinginkan. Disatu sisi aku merasa senang karena dia membelikan game terbatas ini untuku, tapi disisi lain aku merasa kasihan pada diriku sediri yang harus dibelikan game oleh seorang perempuan. Rasanya aku ingin menangis…
“Yoga, jangan sungkan yaa! Kamu bisa bayar nanti saja sesukamu, jadi jangan menangis seperti itu….”
Keisha sepertinya kau salah tanggap dengan perasaanku saat ini…!
~*~*~
"Setelah ini kita kemana lagi?"
“Mela... Sudah cukup, aku ingin pulang!”
“Chyntia, sekarang kemana?”
Dia tidak mendengarku!
"Lebih baik Kita coba ketempat permainan saja, bagaimana?"
"Hmm.... Saran yang bagus Chyntia. Kalau begitu Kita pergi ketempat permainan!"
"Ow..."
Mereka berdua mengangkat tangan kanan mereka sambil berteriak gembira seperti anak-anak. Sedangkan Keisha kini sudah tidak dalam mode mengantuk-nya sedang berdiri memegangi kening tanda menyerah. Kalau aku sendiri sekarang sedang membawa barang belanjaan mereka. Menyedihkan, aku malah dijadikan pembantu oleh mereka!
"Ayo, cepat!" Kata Mela.
Terlihat Mereka kembali pergi menerobos kerumunan orang-orang sambil bergandengan.
“Oi, Kalian meninggalkan ku lagi!?”
"Huuh... Bagaimana sekarang Yoga?"
Keisha bertanya padaku apa yang harus dilakukan.
"Ah, kalau ditanya seperti itu, aku juga tak tahu yang harus dilakukan sekarang."
"Apa kita harus mengikuti mereka?"
"Hmm... Sepertinya seperti itu." Aku menjawab pertanyaannya  tadi dengan nada datar. "...Jadi ayo!"
Dia mengangguk dan Kita pun pergi menyusul kedua orang heboh itu. Ya ampun, Si Mela itu, bukannya dia tadi berkata kalau rencanaku tadi hanya main-main, tapi malah dia sendiri yang bersenang-senang sekarang, dasar Barbar...

Aku memandang kearah Keisha yang sedang berjalan tertunduk disebelahku. Dia terlihat sedang berpikir keras, sebenarnya apa yang ada dipikiranya?
"K-keisha?" Aku memanggil Keisha.
Keisha lalu memandang kearahku sambil tersenyum manis dan berkata "Apa?". Hee... Kenapa aku jadi gugup seperti ini?
"He... Itu.... Bagaimana keadaan Ibumu, apa dia sudah baikan?"
"Ibuku?! Eh, I-ibuku sudah agak mendingan, kok. Jadi t-tidak perlu khawatir."
Entah perasaanku saja atau memang seperti itu, Dia terlihat gugup saat kutanya tentang ibunya.
"Oh, begitu..., kalau aku boleh tau, sebenarnya penyakit Ibumu itu apa? Kamu sepertinya tidak menceritakannya waktu itu."
Setelah aku berkata seperti itu, Keisha terlihat terkejut dan berhenti melangkah. Terlihat pandanganya kosong menatapku seperti sedang terkejut. Apa yang terjadi? Kenapa dia memandangku seperti itu? Sekarang Kami berdua hanya saling berpandangan hingga Keisha tiba-tiba saja menundukan kepalanya.
"K-keisha?"
Aku memanggilnya, tapi tidak ada jawaban dari gadis mungil itu. Dia hanya terus tertunduk sedih. Ada apa dengan dia, kenapa sikapnya jadi seperti itu? Sial, suasana seperti ini adalah suasana yang sangat tidak kusukai, saat-saat sendu seperti disinetron seri yang tak berujung...
Aku terus memandang Keisha yang terus mematung ditempatnya berdiri, mungkin saat ini dia sedang memikirkan sesuatu, karena aku dapat melihat matanya terus berputar dibalik poni-nya. Apa yang sedang Ia pikirkan? Dan kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa mungkin aku memberinya kata-kata yang tidak membuatnya nyaman? Entahlah, yang bisa aku lakukan hanya berandai-andai saja saat ini.
Disaat seperti itu aku mendengar orang-orang mulai berkat hal-hal yang aneh.
“Apa mereka sedang bertengkar?”
“Sepertinya laki-laki itu membuat pacarnya menangis.”
“Dasar anak muda. Hahahah…..”
Sialan, orang-orang itu! Ingin sekali aku bunuh mereka agar mereka bisa tenang dan tidak berisik seperti itu! Tapi, manamungkin aku seperti itu. Lagi pula ini hanya salah paham, kenapa juga merea harus beromentar!? Heh, dasar sekumpulan domba-domba bodoh!
Tiba- tiba aku melihat sekelebat bayangan hijau yang begitu kontras dengan lantai yang berwarna jingga, tidak salah lagi itu adalah warna syal dari seorang gadis yang ku kenal. Mela berjalan melewatiku begitu saja dan bergerak kearah Keisha.
"Keisha, apa yang Kamu lakukan disana? Ayo cepat kita pergi ketempat permainan!" Tanpa menunggu persetujuan dari Keisha, Mela dengan cepat menarik tangan Keisha dan menuntunya pergi.
Saat dia menuju kearahku, aku dapat melihat wajahnya yang sedang kesal padaku. Tak butuh waktu lama baginya untuk berada sejajar denganku, kurasakan sebuah pukulan ringan mendarat di perut bagian kiriku. Aku mulai berbalik dan menatap kearahnya kembali. Terlihat dua buah bola mata coklat tajam itu masih memperhatikanku, perlahan Ia mengadahkan kepalanya seperti memberi sinyal padaku 'Apa yang terjadi?', tapi aku tidak menjawab dan hanya terpaku menatap kedua gadis itu berjalan meninggalkanku. Karena sikapku yang dingin tadi, Mela terlihat lebih kesal dari sebelumnya dan mempercepat langkahnya. Setelah jarak mereka sudah 3m jauhnya, baru aku berjalan dengan menyeret kakiku yang terasa enggan untuk kulangkahkan.
Sebenarnya masih banyak yang mengganjal dihatiku, seperti kenapa sikapnya Keisha seperti itu saat aku bertanya tentang keadaan Ibunya, atau saat aku bertanya tentang penyakit yang diderita Ibunya. Aku tidak mengerti kenapa dia hanya diam dan tak menjawab pertanyaanku. Akan tetapi, aku merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan. Mungkin saja, siapa yang tahu?

[Bagian 3]
"Hueh... Akhirnya kita sampai juga!" Mela berkata dengan antusias saat Kita sampai di tempat bermain yang luas dan penuh jejal.
Heh, apa-apaan itu! Emang kau bocah apa? Tanpa sadar aku menyipitkan mataku saat menatap Mela, dia yang sadar dengan yang kulakukan lalu memandang sinis kearahku.
"Hentikanlah pandangan menjikanmu itu, Alien!" dengan reflek aku memandang kearah lain dengan sewot.
"Keisha apa kau ingin mencoba roller coster ulat itu?"
"Hmm... Sepertinya menyenangkan."
Chyntia dan Keisha sedang bercakap-cakap disisi lain. Sepertinya Keisha sudah kembali normal tidak seperti beberapa saat yang lalu saat aku menyaka keadaan ibunya. Aku masih bertanya-tanya kenapa dia sampai terlihat tertekan setelah ku tanya seperti itu, tapi tak apalah, semua orang pasti punya sebuah hal sensitive yang tidak perlu untuk diketahui oleh orang lain, benar ‘kan?
Mela menyilangkan tangan didadanya dengan senyum antusias dan lalu berkata.
"Ya... Ayo kita coba!"
Terdengar suara 'Ou' dari mulut mungil para gadis itu sambil mengangkat sebelah tangan mereka. Tak lama mereka langsung melangkah menuju wahana yang akan Mereka naiki.
Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan tiba-tiba mereka berhenti dan menatap kearahku.
"Oi, Alien, apa yang kau lakukan disana?" Mela berkata pada ku dengan nada menyindir.
"Memang apa yang harusnya kulakukan?" Dengan sebuah senyuman paksa yang mengecap dibibirku.
Mela terlihat menajamkan matanya padaku.
"Apa Kau tak ingin ikut menaiki wahana bersama kami?"
"Eh, kalau itu…, lebih baik aku menjaga barang-barang Kalian saja."
"Apa-apaan itu?" Mela memandangiku dengan jijik.
Sebenarnya bukanya aku tak mau untuk menaiki wahana tersebut. Hanya saja, Aku benci diputar-putar seperti itu, kalian tahu ’kan?
"Jangan-jangan kamu takut, ya?"
"Kenapa juga aku harus takut dengan yang seperti itu?!"
Dia berjalan mendekat kearahku.
"Kalau begitu ayo pergi!"
"Eh, kalau itu..." Gawat dia mulai curiga. "Baiklah, baiklah! Aku ikut!"
Dia tersenyum sesaat dihadapanku, senyumanya tadi terlihat tulus dan manis. Benar benar manis.... TAPI BERCANDA!!!!!!
<skip>
Tak terasa sudah satu jam Kami bermain ditempat permainan itu, dan disetiap wahana yang kita naiki selalu berahkir dengan isi perutku yang keluar, apa lagi aku sempat pingsan didalam wahana rumah hantu. Heh, aku memang pecundang sejati…
Para gadis terlihat duduk manis dikursinya masing-masing –sedang mengobrol–, sedangkan aku yang terlihat kurang baik hanya bisa menenggelamkan wajah saja dimeja. Ngomong-ngomong, sekarang kami ber-empat sedang berada disebuah restoran cepat saji Mc Doni yang ada dimall tersebut.
"Yaa... Aku tidak menyangka kalau Si Alien ini takut dengan wahana anak kecil seperti itu..."
"Tapi walaupun begitu, wajah ketakutan-nya tadi terlihat sangat lucu. Andai saja Aku tadi bawa kamera, ya..."
Mela dan Chyntia sedang menertawakanku saat ini. Tertawakanlah aku sepuasnya, memang seharusnya seperti itu, 'kan?
"Apalagi saat masuk kerumah hantu tadi... Kalian lihat wajahnya yang pucat, 'kan? Hahahaha..."
Tertawa saja sepuasnya sana! Memang aku ini adalah seorang penakut, jadi kalau kalian ingin menertawaiku, silahkan saja sana!
Setelah selesai menertawaiku, Mela lalu menyuapkan sesendok ice cream float kedalam mulutnya. Dia sempat menggigil karena efek dingin yang ditimbulkan oleh ice cream float yang membanjiri kerongkonganya, tapi tak lama kemudian dia mulai kembali mengobrol bersama Chyntia.
Aku pun mendesah karena merasa menyesal, kenapa juga aku ikut dengan mereka. Ah, tidak, aku lupa, sebenarnya akulah orang yang mengajak mereka kesini….
Perlahan aku menoleh kearah Keisha yang berada dihadapanku. Keisha terlihat sedang mendengarkan Chyntia dan Mela yang sedang bercanda gurau. Aku masih memikirkan kejadian tadi, 'kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku tadi?' pertanyaan itu terus berputar dikepalaku hingga saat ini. Aku jadi berpikir, sepertinya ada yang ia sembunyikan dariku, tapi apa?
Dia yang menyadari kalau ada seseorang yang memandanginya, langsung menoleh kearahku. Tapi tak lama kemudian ia tertunduk, tapi aku merasa dia menunduk bukan merasa malu, melainkan seperti sedang melindungi dirinya sendiri.
Mengetahui Keisha yang terintimidasi dengan tatapanku, Mela memukul bagian kepala belakangku.
Bug…!
"Aw... Sakiit!"
Aku memandang kearah Mela yang juga memandangku sinis.
"Kenapa Kau memukulku?"
"Kenapa? Apa Kau tak melihat Keisha ketakutan dengan tatapanmu tadi!"
Ah, ya, benar juga, mungkin tatapanku tadi terlalu menakutkan.
"Maaf..." Aku akhirnya meminta maaf pada Mela.
"Jangan minta maaf padaku, minta maaf pada Keisha sana!"
Aku lalu menuruti Mela dan berkata "Maaf." pada Keisha yang masih tertunduk.
"...hmm...Aku juga...." Dia berkata dengan lirih.
Tunggu, 'Aku juga.' apa maksudnya itu? Aku pun menyadari kalau, bukan hanya aku saja yang mengerti ucapanya barusan, Chyntia dan Mela juga tampak tak mengerti.
Merasa ia salah berkata, Keisha lalu mengadahkan kepalanya dengan tatapan terkejut dan mata yang berkaca-kaca. –Aku  makin menjadi makin merasa curiga padanya.– Dia lalu menyeka air matanya yang perlahan keluar dari dua bola matanya yang seperti panda.
"... Aku juga minta maaf karena sudah takut padamu..."
"Eh, untuk apa minta maaf pada Alien ini? Memang Dia yang salah, 'kan!?" Mela menanggapi ucapan Keisha tadi dan memukulku lagi.
"Uggh....?! Sakit tau!" Aku membentaknya tapi dia terlihat tidak menggubrisnya sama sekali. Pada akhirnya aku hanya menghela nafasku dan mengiklaskan semua yang terjadi.
TREEENG.... TREEENG.... TREEENG....
Terdengar Ringtone posel-ku berdering. Dengan cepat aku melihat siapa yang menghubungiku saat ini. Saat kulihat, ternyata yang menghubungiku adalah Arya, aku tadi pagi sempat saling bertukar nomor dengannnya untuk alasan memudahkan komunikasi, bagaimanapun ia itu adalah anak laki-laki lain selain aku dikelas.
Kenapa dia meneleponku, apa tugasnya dan Maya sudah selesai?
Aku perlahan keluar dari Restoran cepat saji itu dan menyender di pagar pengaman yang terbuat dari besi sambil menjawab panggilan dari Arya tadi.
"Hallo, Yoga!" Terdengar suara seorang pria yang bersuara seperti perempuan.
"Ya, Ada apa, Arya?"
"Ini gawat..." Dia sepertinya sedang terburu-buru.
"Apa yang gawat?"
"Gawat, sepertinya Maya sedang berada dalam keadaan yang buruk sekarang?"
"Keadaan buruk, Maksudmu apa coba jelaskan padaku?"
Dia terdengar menelan ludahnya sejenak, lalu mulai menjawab pertanyaanku.
"Tadi ‘kan kami pergi kerumah Keisha... Tapi, setelah Kami sampai disana, ternyata disana hanya ada kedua adik laki-laki Keisha saja..."
"Adik-nya? Kalau ibunya, bagaimana keadaanya?"
"Itu dia, sepertinya ada ucapan Keisha yang dibuat-buat."
"Maksudmu dia berbohong?"
"Bisa dibilang begitu."
"........"
"Kau tahu, waktu itu ‘kan dia bilang kalau Ibunya itu sedang sakit. Tapi, saat Kami bertanya pada adiknya, ternyata Ibunya tidak sakit dan sedang berkerja katanya."
Aku menatap kearah Keisha dari kaca restoran yang transparan. Aku tak menyangka, ternyata Dia sudah mebohongi semua orang seperti itu. Dibalik wajahnya yang polos, ternyata Dia bisa menipu semua orang..... Tapi aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apa alasanya Sehingga dia harus membohongi semua orang? Entahlah, aku juga ingin tahu.....
"Kalau begitu, Yoga. Bisakah Kamu membawa Keisha kesebuah tempat sekarang?"
"Hmm... Sepertinya aku bisa."
Dan pada akhirnya Aku hanya bisa mengikuti perintah dari Arya dan kembali kedalam restoran untuk mengajak Keisha dan yang lainya. Apa ini akan baik-baik saja? Aku kira akan seperti itu, mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar